Dolar AS Menguat, Euro Jatuh ke Level Terendah Dua Tahun Akibat Data PMI
Saturday, November 23, 2024       07:29 WIB

Ipotnews - Nilai tukar dolar AS menguat pada Jumat (22/11) akhir pekan ini. Sementara euro melemah hingga mencapai level terendah dalam dua tahun terakhir. Pergerakan ini terjadi setelah data Indeks Manajer Pembelian (PMI) dirilis di beberapa wilayah, menunjukkan perbedaan tren ekonomi global.
PMI gabungan zona euro, yang dihitung oleh S&P Global, turun ke 48,1 pada November--angka terendah dalam 10 bulan terakhir. Nilai ini berada di bawah ambang batas 50, yang menunjukkan kontraksi dalam aktivitas bisnis, serta lebih rendah dari estimasi sebelumnya sebesar 50,0.
Di Inggris, PMI turun menjadi 49,9 dari 51,8 pada Oktober. Penurunan ini mencerminkan kontraksi pertama dalam aktivitas sektor swasta selama lebih dari satu tahun, di tengah rencana pemerintah untuk menaikkan pajak korporasi.
Sementara itu, data PMI gabungan AS justru naik ke 55,3 pada November, tertinggi sejak April 2022, dari 54,1 pada Oktober. Kenaikan ini terutama didorong oleh sektor jasa, yang menjadi motor utama pertumbuhan, meskipun sektor manufaktur tetap lemah.
"Ekonomi global saat ini terbelah menjadi dua: Amerika Serikat versus wilayah lain. Namun di dalam AS, sektor jasa memimpin sementara sektor lain masih menekan," ujar Brian Jacobsen, Kepala Ekonom di Annex Wealth Management.
Indeks dolar, yang mengukur nilai dolar terhadap sekeranjang mata uang utama, naik 0,41% ke level 107,50. Euro melemah 0,54% menjadi $1,0416, setelah sempat mencapai $1,0333--level terendah sejak November 2022. Dolar juga menguat terhadap yen Jepang sebesar 0,12%, mencapai 154,69 yen. Pound sterling turun 0,49% ke level $1,2528, mencatatkan pelemahan mingguan kedua berturut-turut.
Bitcoin melanjutkan reli yang telah mendorong nilainya naik lebih dari 40% sejak pemilihan presiden AS. Pada Jumat, bitcoin mencapai rekor baru $99.697,17 sebelum menetap di $98.496. Optimisme terhadap regulasi yang lebih longgar di bawah Presiden terpilih Donald Trump menjadi pendorong utama kenaikan ini.
Investor saat ini mengurangi ekspektasi terkait penurunan suku bunga Federal Reserve. Berdasarkan alat pemantau CME FedWatch, peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember turun menjadi 52,7% dari 69,5% bulan lalu.
Sebaliknya, bank sentral lain seperti Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of England diperkirakan akan lebih agresif dalam memangkas suku bunga untuk mendukung perekonomian mereka yang lesu.
Dolar AS juga menguat terhadap yen Jepang, di tengah inflasi inti tahunan Jepang yang mencapai 2,3% pada Oktober. Tekanan ini meningkatkan spekulasi bahwa Bank of Japan mungkin akan menaikkan suku bunga pada Desember, terutama untuk menangkal pelemahan yen.
Sebagian besar ekonom dalam survei Reuters memproyeksikan kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan, meskipun langkah ini juga dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi Jepang yang mulai terlihat.
Pasar global saat ini menghadapi tantangan yang beragam, dari perbedaan kinerja ekonomi regional hingga dampak kebijakan moneter dan fiskal. Pergerakan mata uang, kebijakan suku bunga, dan data ekonomi menjadi faktor kunci yang terus diamati investor.
(reuters)

Sumber : admin