IHSG Berpotensi Terkoreksi Tajam pada Pekan Depan, Akibat Tarif Resiprokal Trump
Sunday, April 06, 2025       13:36 WIB

Ipotnews - Pergerakan indeks harga saham gabungan ( IHSG ) berpotensi terkoreksi lebih dalam pada sesiperdagangan pekan pertama pertama usai liburan panjang Lebaran 2025, akibat kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat Donald Trump kepada 180 negara di seluruh dunia.
Co Founder Pasardana dan praktisi pasar modal, Hans Kwee mengatakan bahwa tarif resiprokal pada 2 April yang merupakan "Hari Pembebasan AS" versi Presiden Donald Trump menjadi perhatian utama pasar saham dunia beberapa pekan kedepan.
"Kebijakan tarif Trump ini direspon pelaku pasar dengan koreksi tajam pada semua bursa utama Wall Street akibat kekhawatiran perang dagang yang melebar dan Risiko resesi global yang meningkat," kata Hans dalam keterangan tertulis Minggu (6/4).
Hans memperkirakan IHSG berpotensi melemah tajam pada Selasa (8/4), mengikuti bursa global yang terkoreksi selama pasar Indonesia libur. Walaupun menurut Hans ada potensi rebound dari koreksi terbuka di akhir pekan.
" IHSG berpotensi bergerak dengan support di level 6.179 sampai level 5.967 dan resistance di level 6.550 sampai level 6.706. Lakukan  buy on weakness  (BOW) waktu IHSG terkoreksi dalam di awal pekan," imbuh Hans.
Tarif Trump yang lebih tinggi dari perkiraan mengirim gelombang kejut ke seluruh pasar keuangan dunia. Bank sentral AS Federal Reserve diperkirakan melakukan 3 - 4 kali pemotongan suku bunga acuan di tahun 2025 akibat risiko resesi AS.
Bursa Eropa menghadapi tekanan turun pasca tarif Trump, yang disertai janji balasan Uni Eropa dan China yang mendahului dengan mengumumkan tarif balasan. "ECB diperkirakan melakukan 3 kali pemotongan masing-masing 25 basis point dengan perkirakan 90% dimulai pada akhir bulan ini," ujar Hans.
Sejumlah negara Asia Tenggara terguncang karena tarif lebih tinggi dibandingkan Eropa dan India. Harga minyak tak luput dari guncangan akibat tarif Trump ini, dimana risiko resesi dan perlambatan permintaan menekan harga minyak.
Indonesia yang mendapatkan tarif relatif tinggi di 32 % plus 10% tarif dasar diharapkan segera melakukan negosiasi dengan AS. Selain itu Indonesia juga bisa lebih merapat ke BRICS sebagai solusi perdagangan di masa depan.
Mengutip data aplikasi IPOT sejak akhir tahun lalu Senin (30/12/2024) hingga Kamis (27/3/2025), IHSG bergerak melemah dari 7.079 menjadi 6.472, turun 569 poin atau 8,0% secara year to date (YtD).
Dalam seminggu terakhir sebelum libur Lebaran 2025, IHSG sempat bangkit menguat dari 6.311 menjadi 6.472, naik 198 poin atau 3,2%. (Adhitya)

Sumber : Admin