Kekhawatiran Perang Dagang Antara AS - China Agak Mereda, Rupiah Menguat Tipis
Wednesday, January 22, 2025       12:39 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah masih melanjutkan penguatan tipis terhadap dolar AS, karena kekhawatiran pelaku pasar terkait perang dagang antara Amerika Serikat dengan China agak mereda di awal kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu (22/1) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan di level Rp16.323 per dolar AS, menguat 20 poin atau 0,12% dibandingkan Selasa sore (21/1) di level Rp16.343 per dolar AS.
Chief Economist & Head of Research Mirae Asset, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto mengatakan bahwa penguatan rupiah terjadi karena dari sisi global, kini mulai meredanya akan kekhawatiran terjadinya perang dagang antara AS dan Tiongkok.
"Ini menyusul sinyal bahwa Trump belum akan memberlakukan kenaikan tarif perdagangan yang baru, khususnya terhadap barang-barang impor dari Tiongkok," kaya Rully dalam keterangan tertulis, hari ini.
Indeks dolar AS (DXY), kemarin turun cukup signifikan ke level 108,0. Posisi ini merupakan yang terendah selama hampir sebulan terakhir, disertai dengan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun yang juga turun dalam beberapa hari terakhir ke level 4,57%.
"Kami memandang bahwa apabila DXY dan imbal hasil UST mengalami penurunan secara konsisten, maka terbuka peluang BI untuk menurunkan kembali suku bunga untuk melonggarkan likuiditas di sistem perbankan dan hal ini akan berdampak positif terhadap saham-saham perbankan," ujar Rully.
Dikutip dari CNBC International hari ini, Ekonom Goldman Sachs, Alec Phillips mengatakan pasar tengah menyoroti sinyal kebijakan tarif dari Trump. Sosok tersebut baru-baru ini menegaskan akan segera mengenakan tarif baru sebesar 25% untuk Meksiko dan Kanada.
Hal tersebut memberikan harapan bahwa kebijakan tarif tak seburuk yang diperkirakan oleh pasar. Meski begitu, masih belum ada kejelasan terkait dengan tarif yang akan diterapkan untuk China.
"Retorikanya tegas terhadap Meksiko dan Kanada. Meskipun begitu, peluang tarif universal untuk semua impor tahun ini semakin kecil," ujar Alec.
Investor kini menunggu implementasi janji-janji pro-bisnis Trump. Janji tersebut seperti pelonggaran regulasi yang dapat mendukung kinerja saham sektor perbankan hingga peningkatan produksi energi fosil, yang berpotensi mendongkrak sektor energi dan komoditas.
(Adhitya)

Sumber : admin