- Rupiah melemah 3,37% sepanjang tahun berjalan, terutama akibat ketidakpastian waktu pemangkasan suku bunga The Fed (sentimen higher for longer).
- Tekanan tambahan berasal dari perang dagang Presiden AS Donald Trump, yang mendorong penguatan dolar AS sebagai aset safe haven.
- Prospek akhir tahun beragam: Mirae Asset memproyeksi rupiah akan sideways dan finis di Rp16.500/USD, sementara KB Valbury melihat peluang apresiasi tipis ke sekitar Rp16.513/USD.
Ipotnews - Nilai tukar rupiah sepanjang tahun berjalan memang masih terbebani ketidakpastian bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve dalam menurunkan suku bunga acuan.
Mengutip data Ipotnews, nilai tukar rupiah sejak Selasa (31/12/2024) hingga Jumat (28/11/2025), sedang melemah dari Rp16.132 per dolar AS menjadi Rp16.675 per dolar AS, turun 3,37%.
Senior Market Analyst PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa kurs rupiah sedang melemah sepanjang tahun berjalan utamanya disebabkan ketidakpastian kapan the Fed bisa memangkas suku bunga acuannya.
"Sentimen higher for longer ini begitu lama menekan rupiah sepanjang tahun ini," kata Nafan saat dihubungi Ipotnews hari ini.
Selain itu, kebijakan perang dagang yang dilakukan Presiden AS Donald Trump kepada banyak sekali negara telah menambah tekanan terhadap rupiah. "Ini menguntungkan dolar AS sebagai safe haven asset," ujar Nafan.
Nafan memperkirakan pergerakan kurs rupiah selama Desember masih akan sideways. Ia memperkirakan kurs rupiah akan finish di posisi Rp16.500 per dolar AS di akhir tahun ini.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana menambahkan pelemahan rupiah sepanjang tahun berjalan memang dipengaruhi oleh lebih lambatnya easing cycle yang dilakukan The Fed.
"Ditambah risiko fiskal domestik yang meningkat seiring kekhawatiran penerimaan pajak yang masih terbatas," kata Fikri saat dihubungi Ipotnews hari lewat pesan WhatsApp.
Fikri melihat masih ada ruang buat rupiah untuk menguat sepanjang bulan Desember ini. "Kami harap masih ada ruang apresiasi ke Rp16.513 di akhir 2025," ucap Fikri.
(Adhitya/AI)
Sumber : admin