- Laba dan Pendapatan Naik: mencatat laba bersih Rp2,3 triliun per 9M25, tumbuh 10,6% (yoy), didorong kenaikan pendapatan bunga kredit 18,8% dan peningkatan NIM menjadi 3,9%.
- Efisiensi dan Dana Murah: Cost-to-income ratio turun ke 47,8%, sementara DPK tumbuh 16% menjadi Rp429,92 triliun dengan kontribusi besar dari dana murah dan transaksi digital melalui Bale by BTN yang meningkat pesat.
- Pertumbuhan Kredit dan Aset: Kredit dan pembiayaan naik 7% menjadi Rp381,03 triliun, total aset Rp510,85 triliun (+12,2% yoy), serta UUS BTN mencatat laba Rp592 miliar (+8,4% yoy) dengan potensi kuat menuju spin-off menjadi Bank Syariah Nasional.
Ipotnews - Selama sembilan pertama 2025, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk () berhasil membukukan laba bersih Rp2,3 triliun atau bertumbuh 10,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2024 sebesar Rp2,08 triliun.
Menurut Direktur Utama , Nixon LP Napitupulu dalam siaran pers yang dikutip Jumat (24/10), BTN mencatatkan kinerja gemilang di periode Januari-September 2025, baik dari sisi pencapaian laba bersih, penyaluran kredit, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) maupun peningkatan aset.
Dia menilai, pencapaian positif tersebut membuktikan keberhasilan transformasi yang dijalankan , sehingga berdampak yang positif terhadap kinerja bisnis perseroan. Pertumbuhan laba bersih menjadi Rp2,3 triliun dipicu perolehan pendapatan bunga kredit per akhir September 2025 sebesar Rp26,57 triliun, naik 18,8 persen (year-on-year).
Pertumbuhan pendapatan bunga kredit itu lebih tinggi dari kenaikan beban bunga yang sebesar 2,5 persen (y-o-y) menjadi Rp13,81 triliun. Kondisi ini sekaligus mencerminkan kenaikan beban bunga yang dapat dijaga stabil, seiring dengan upaya perseroan menggencarkan perolehan DPK berbiaya murah.
Selama sembilan bulan pertama tahun ini, pendapatan bunga bersih meningkat 43,5 persen (y-o-y) menjadi Rp12,76 triliun dan margin bunga bersih (NIM) mengalami kenaikan 101 basis poin menjadi 3,9 persen dari periode yang sama di 2024 sebesar 2,9 persen.
Lebih lanjut Nixon menyampaikan, efisiensi yang dilakukan juga menghasilkan cost-to-income ratio (CIR) yang menurun ke level 47,8 persen hingga akhir Kuartal III-2025, dibandingkan periode yang sama di 2024 sebesar 59,9 persen.
"BTN kembali membukukan laba bersih pada Kuartal III-2025 berkat konsistensi kami menjaga pertumbuhan bisnis, terutama di pembiayaan sektor perumahan dan transaksi keuangan yang beragam agar bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. Upaya ini dilakukan dengan ditopang prinsip kehati-hatian dan perhitungan yang cermat atas kebutuhan di pasar," ujar Nixon.
Nixon menyebutkan, sejauh ini terus dipercaya masyarakat sebagai bank pilihan untuk bertransaksi, tercermin dari pertumbuhan DPK per September 2025 sebesar 16 persen (y-o-y) menjadi Rp429,92 triliun. Pertumbuhan DPK tersebut berada di atas pertumbuhan di industri perbankan yang sebesar 11,18 per (y-o-y) per September 2025.
Pertumbuhan DPK ditopang kenaikan pada deposito ritel yang berbiaya lebih rendah dibandingkan deposito institusi skala besar. Selain itu, perseroan juga menjaga pertumbuhan dana murah () yang hampir mencapai separuh dari total DPK BTN per akhir Kuartal III-2025, termasuk di antaranya dipicu peningkatan transaksi di aplikasi Bale by BTN.
Hingga akhir Kuartal III-2025, jumlah user Bale by BTN mencapai 3,2 juta pengguna atau melonjak 66,8 persen (y-o-y), sedangkan jumlah transaksi tercatat melambung 96 persen (y-o-y) menjadi 1,53 miliar kali transaksi. Sementara itu, nilai transaksi di Bale by BTN mencapai Rp71,9 triliun per akhir September 2025 atau bertumbuh 19,6 persen (y-o-y).
"Peningkatan jumlah user dan transaksi melalui Bale superapp mendorong pertumbuhan saldo DPK di BTN, sehingga menunjukkan bahwa inisiatif digital yang kami lakukan terus meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk memilih bertransaksi di BTN. Kami berharap sumber dana murah yang berkelanjutan ini akan menjadi mesin kekuatan baru bagi BTN, sehingga kami dapat mencapai aspirasi menjadi bank transaksional di masa depan," papar Nixon.
Hingga akhir Kuartal III-2025, penyaluran kredit dan pembiayaan bertumbuh 7 persen (y-o-y) menjadi Rp381,03 triliun. Pertumbuhan ini ditopang penyaluran kredit dan pembiayaan ke sektor perumahan yang meningkat 6,4 persen (y-o-y) menjadi Rp322,53 triliun dan sektor non-perumahan bertumbuh 10,7 persen (y-o-y) menjadi Rp58,49 triliun.
Di sektor perumahan, membukukan penyaluran KPR Sejahtera FLPP (KPR subsidi) yang mencapai Rp186,58 triliun per akhir Kuartal III-2025, bertumbuh 8 persen (y-o-y). Adapun KPR non-subsidi bertumbuh 7,3 persen menjadi Rp111,33 triliun, berkat strategi perseroan menggandeng sejumlah developer top nasional dan mengadakan penawaran bunga promo KPR.
"Keputusan pemerintah yang telah meningkatkan kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan ( FLPP ) menjadi 350.000 unit tahun ini dan alokasi untuk BTN sebanyak 220.000 unit menopang pertumbuhan kredit dan pembiayaan subsidi di BTN, selain melalui berbagai insentif dan stimulus lainnya. Harapan kami adalah dengan dukungan pemerintah dan kerja keras BTN, semakin banyak masyarakat yang dapat menikmati kepemilikan rumah dan meningkatkan taraf hidup mereka," tutur Nixon.
Dengan pertumbuhan positif di sisi pendanaan dan pembiayaan, BTN mencatat loan-to-deposit ratio (LDR) di level 88,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 96,0%. Hal ini menunjukkan BTN telah memupuk likuiditas yang memadai untuk mendukung fungsi intermediasinya.
Sementara itu, total aset BTN telah berhasil menembus Rp500 triliun sebelum tahun 2025 berakhir seperti yang diproyeksikan sebelumnya, dengan nilai sebesar Rp510,85 triliun hingga September 2025, naik 12,2% yoy dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp455,10 triliun.
Per Kuartal III-2025, Unit Usaha Syariah (UUS) BTN membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 8,4 persen (y-o-y) menjadi Rp592 miliar. Pencapaian ini ditopang peningkatan pembiayaan sebesar 19,7 persen (y-oy) menjadi Rp51,1 triliun. Adapun perolehan dana masyarakat juga meningkat 19,3 persen (y-o-y) menjadi Rp56,9 triliun pada akhir September 2025. Dengan demikian, total aset per 30 September 2025 menjadi Rp68,36 triliun atau meningkat 18,4 persen (y-o-y).
"UUS BTN tinggal selangkah lagi untuk tampil sebagai bank umum syariah dengan potensi yang sangat besar di industri perbankan syariah nasional. Dengan kehadiran Bank Syariah Nasional (BSN) sebagai bank syariah baru hasil spin-off, kami meyakini akan lebih banyak masyarakat yang terlayani dengan prinsip syariah untuk berbagai kebutuhan keuangan mereka, sehingga dampaknya akan terasa untuk pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia," ujar Nixon.(Budi/AI)
Sumber : admin