USD Catat Penurunan Mingguan Terbesar di Tengah Kekhawatiran Tarif
Saturday, January 25, 2025       07:18 WIB

Ipotnews - Dolar AS melemah pada Jumat (24/1) akhir pekan ini dan mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari setahun setelah Presiden Donald Trump mengisyaratkan sikap yang lebih lunak terhadap tarif untuk China. Pernyataan ini menambah ketidakpastian pada kebijakan perdagangan yang membuat pasar ekuitas tetap waspada.
Dalam wawancara dengan Fox News pada Kamis, Trump menyebutkan bahwa percakapannya dengan Presiden China Xi Jinping berjalan dengan baik, dan ia optimistis dapat mencapai kesepakatan dagang dengan China.
"Kita memiliki kekuatan besar terhadap China, yaitu tarif. Mereka tidak menginginkannya, dan saya juga lebih memilih untuk tidak menggunakannya. Namun, tarif adalah kekuatan besar terhadap China," katanya.
Dolar AS sempat turun sebanyak 0,8% terhadap sekeranjang mata uang pada Jumat sebelum mengurangi kerugian menjadi turun 0,65%. Meski begitu, ini tetap menjadi penurunan mingguan terbesar sejak November 2023, dengan total pelemahan 1,8% sejak awal pekan.
Beberapa analis memperingatkan bahwa dolar bisa kembali menguat jika kebijakan tarif dan suku bunga AS berubah.
"Kami memperkirakan dolar masih memiliki ruang untuk naik lebih tinggi," kata Simon MacAdam, Wakil Kepala Ekonom Global di Capital Economics. "Penguatannya sejauh ini mencerminkan kekuatan data ekonomi AS dibandingkan dengan negara lain serta penilaian investor terhadap kebijakan Trump, yang semuanya mendukung perbedaan suku bunga yang menguntungkan dolar."
Indeks saham dunia MSCI ditutup hampir tidak berubah, sementara pasar saham di Wall Street melemah. Indeks S&P 500 turun 0,3%, Dow Jones Industrial Average melemah 0,3%, dan Nasdaq Composite kehilangan 0,5%.
Pasar saham China dan mata uang yuan menguat setelah komentar Trump. Indeks saham unggulan China naik 0,8%, sementara yuan di pasar luar negeri menguat 0,7% menjadi 7,239 terhadap dolar.
Harga minyak stabil dan mengurangi kerugian setelah Trump menyatakan akan meminta Arab Saudi dan OPEC untuk menurunkan harga minyak. Minyak mentah AS naik menjadi $74,66 per barel, dan minyak Brent naik 0,3% menjadi $78,50 per barel.
Menurut Amelie Derambure, manajer portofolio senior di Amundi, kebijakan pro-Amerika Trump membutuhkan harga minyak yang lebih rendah.
"Jenis kebijakan seperti ini juga bisa menguntungkan wilayah lain, seperti Eropa. Jika harga minyak lebih rendah, Eropa juga akan mendapatkan manfaatnya," ujarnya. "Ini menunjukkan bahwa Trump mungkin ingin lebih bernegosiasi secara halus kali ini."
Saham Eropa mencerminkan optimisme yang lebih besar. Indeks STOXX 600 sempat naik 0,3% berkat kinerja kuat dari perusahaan barang mewah seperti Burberry tetapi kemudian datar saat perdagangan di New York berlangsung.
CEO BlackRock, Larry Fink, dalam diskusi di Forum Ekonomi Dunia di Davos, menyatakan bahwa saatnya mulai berinvestasi kembali di Eropa. "Ada terlalu banyak pesimisme terhadap Eropa," katanya. "Saya percaya mungkin ini saatnya untuk kembali berinvestasi di Eropa." Survei pada Jumat menunjukkan bahwa bisnis di zona euro mengalami pertumbuhan yang moderat pada awal tahun baru.
Di pasar mata uang, yen Jepang menguat 0,2% terhadap dolar menjadi 155,7 setelah Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak krisis keuangan global 2008. Gubernur BOJ, Kazuo Ueda, mengatakan bahwa bank sentral akan terus menaikkan suku bunga seiring dengan meluasnya kenaikan upah dan harga.
Imbal hasil obligasi Treasury AS stabil pada Jumat setelah sebelumnya turun dari level tertinggi Januari. Imbal hasil Treasury 10 tahun turun menjadi 4,6194%, di bawah level tertinggi 14 bulan pada 4,809% pekan lalu.
Bank Sentral Eropa (ECB) dan Federal Reserve dijadwalkan akan bertemu pekan depan, di mana para pembuat kebijakan akan mempertimbangkan langkah awal pemerintahan Trump yang kemungkinan akan membentuk perekonomian tahun ini. Fed diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga, tetapi fokus utama adalah bagaimana bank sentral menghadapi tuntutan Trump agar biaya pinjaman terus diturunkan.
(reuters)

Sumber : admin