Emiten Pengelola Starbuck (MAPB) Rugi Rp22,23 M, Bos MAPI Bilang Gini
Wednesday, July 03, 2024       18:27 WIB

Jakarta, CNBC Indonesia -Emiten pengelola jaringan ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk ( MAPI ) buka suara soal dampak boikot terhadap anak usahanya MAP Boga ( MAPB ) yang labanya anjlok 262,85% pada Kuartal 2/2024.
Diketahui, PT Map Boga Adiperkasa Tbk ( MAPB ) adalah anggota MAP Group yang fokus utamanya pada ritel makanan dan minuman untuk merek internasional, seperti Starbucks, Burger King, Pizza Express, Krispy Kreme, Cold Stone Creamery, Godiva, Genki Sushi, dll.
Dalam hasil Public Expose tahunan MAPI yang tersebar di Keterbukaan Informasi BEI, manajemen menyesalkan atas boikot yang terjadi. Manajemen menekankan bahwa Starbucks di Indonesia adalah perusahaan Indonesia yang menggunakan kopi lokal, mengolahnya di dalam negeri, dan mempekerjakan ribuan karyawan Indonesia.
Selain itu, perusahaan juga mendapat dukungan dari Starbucks untuk membantu petani kopi lokal dan menjalankan berbagai proyek yang didukung oleh perusahaan tersebut.
"Boikot ini tidak seharusnya terjadi karena sangat berdampak pada kami. Penjualan kami turun pada kuartal terakhir dan kemungkinan akan terus turun pada kuartal ini," ujar manajemen MAPI .
Untuk mengatasi dampak ini, perusahaan telah mengambil beberapa inisiatif pengurangan biaya, termasuk menunda pembukaan gerai baru, menutup beberapa gerai yang tidak menguntungkan, dan memindahkan sebagian sumber daya ke divisi lain seperti divisi teknologi/digital yang memiliki potensi pertumbuhan lebih besar.
"Perusahaan kami adalah perusahaan Indonesia. Boikot ini tidak ada hubungannya dengan Israel atau Amerika. Dengan memboikot Starbucks, dampaknya dirasakan oleh masyarakat Indonesia," tambah manajemen.
Mengacu pada laporan keuangan, MAPB mencatatkan kerugian berjalan yang diatribusikan ke entitas induk sebesar Rp22,23 miliar, atau anjlok 262,85% dari sebelumnya laba Rp13,65 miliar.
Sementara pendapatan MAPB tercatat sebesar Rp787,63 miliar, atau terkontraksi dari tahun sebelumnya Rp956,83 miliar. Adapun beban pokok penjualannya tercatat sebesar Rp237,4 miliar.
(ayh/ayh)

Sumber : www.cnbcindonesia.com