Harga Emas Terus Melejit, Investor Ogah Jual
Friday, October 17, 2025       14:44 WIB

JAKARTA, investor.id -Sebagian investor mengaku tidak melihat urgensi untuk menjual emas di tengah momentum lonjakan harga emas yang telah mendorong harga logam mulia global ini melampaui level US$ 4.200 per troy ons.
Dikutip dari Kitco News , Jumat (17/10/2025) Pendiri, Presiden, dan CIO Tanglewood Total Wealth Management, John Merill mengatakan bahwa emas saat ini mewakili sekitar 12% dari total portofolionya.
Jumlah tersebut merupakan porsi yang lebih besar dibandingkan dengan target investasinya sebesar 10%. Merill mengungkapkan,ia telah menyeimbangkan kembali kepemilikan emasbeberapa kali selama dua tahun terakhir karena keuntungan yang jarang terjadi sebelumnya.
"Kami akan terus menyimpan emas kami," ujarnya.
"Kami biasanya menyeimbangkan kembali pada akhir tahun, jadi kami akan melihat emas kami saat itu, apakah harganya naik atau turun," kata dia.
Bahkan jika ia tidak lagi meraup sebagian keuntungan dari penjualan emas, Merrill melihat pergeseran fundamental dalam ekonomi global berarti ia akan tetap mempertahankan posisi inti.
"Kita akan memiliki emas. Saya tidak tahu berapa persentasenya 20 tahun dari sekarang, tetapi kita akan memiliki emas karena tidak ada yang dapat menggantikannya," ungkapnya.
Merrill menjelaskan bahwa meningkatnya utang negara global saat ini merupakan faktor terbesar yang mendorong permintaan emas. Ia menyoroti bahwa para investor sangat ingin melindungi kekayaan mereka karena mata uang fiat di seluruh dunia kehilangan daya beli.
Selain itu, dia juga mengatakan,peran emas sebagai lindung nilai mata uang dapat ditelusuri kembali ke Krisis Keuangan Global 2008, ketika harga emas mencapai titik tertinggi sepanjang masa untuk pertama kalinya setelah Federal Reserve menurunkan suku bunga menjadi nol dan menerapkan pelonggaran kuantitatif.
"Emas telah menjadi alternatif karena tidak ada yang memiliki mata uang yang cukup besar, cukup stabil, atau cukup bebas untuk beroperasi sebagai mata uang cadangan," jelasnya.
Merrill mencatat bahwa tren deglobalisasi semakin mempersulit negara-negara untuk bekerja sama dalam mengembangkan bentuk mata uang cadangan baru.
Meskipun harga emas saat ini diperdagangkan pada titik tertinggi sepanjang masa dengan naik hampir 60% dan tampak overbought, Merrill tidak melihat hal ini sebagai hambatan bagi permintaan investasi lebih lanjut.

Sumber : investor.id