Nilai Tukar Rupiah Hari Ini, Rabu 3 Desember 2025: Melemah
Wednesday, December 03, 2025       09:43 WIB

JAKARTA, investor.id -Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada Rabu (3/12/2025). Di tengah prospek ekonomi 2026 mulai memasang posisi untuk mengantisipasi pemangkasan suku bunga The Fed.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09.16 WIB di pasar spot exchange, nilai tukar rupiah hari ini melemah 7 poin (0,04%) ke level Rp 16.632 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terlihat turun 0,13% ke level 99,23.
Sedangkan pada perdagangan Selasa (2/12/2025), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat 38 poin di level Rp 16.624.
Dikutip dari Reuters, dolar AS bergerak mendatar pada Rabu, sementara aset-aset lain justru mencuri perhatian. Investor yang mulai melihat prospek ekonomi 2026 mulai memasang posisi untuk mengantisipasi pemangkasan suku bunga AS yang diperkirakan akan menekan kinerja greenback.
Pada perdagangan pagi, dolar Australia sempat menyentuh level tertinggi tiga pekan di US$ 0,6576 sebelum terkoreksi setelah data produk domestik bruto (PDB) rilis sedikit di bawah ekspektasi.
Euro pada perdagangan semalam berhasil menembus moving average 50 hari, setelah inflasi zona euro keluar sedikit di atas perkiraan, dan diperdagangkan di US$ 1,1629 pada sesi Asia.
Pergerakan mata uang tersebut tertutupi oleh lonjakan tajam Bitcoin yang membuat investor kembali berani mengambil risiko. Kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar itu melesat sekitar 6% dan kembali menembus US$ 91.000.
Yen Jepang stabil di posisi 155,70 per dolar, dengan ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of Japan semakin menguat. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Amerika Serikat, di mana pasar memperkirakan peluang 85% untuk pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed pekan depan.
Poundsterling stabil di US$ 1,3222, begitu pula franc Swiss yang berada di 0,8022 per dolar. Dolar Selandia Baru bergerak di kisaran US$ 0,5730.
Ekspektasi Pemangkasan The Fed
Melihat ke depan, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed sekitar 90 basis poin sebelum akhir 2026 dan peluang penunjukan penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, sebagai Ketua The Fed, membuat sebagian investor mulai bersikap bearish terhadap dolar.
Hassett, mantan ekonom senior The Fed, dinilai dekat dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump dan mendukung pelonggaran suku bunga yang lebih cepat. Trump mengatakan ia akan mengumumkan kandidat Ketua The Fed pada awal 2026.
Strategis Deutsche Bank, Tim Baker, mengatakan minggu ini bahwa ada peluang dolar turun sekitar 2% sepanjang Desember, bulan yang secara historis memang cenderung melemah selama satu dekade terakhir.
Analis OCBC Singapura juga memproyeksikan dolar yang lebih lemah memasuki 2026 seiring pemangkasan suku bunga AS yang mempersempit selisih imbal hasil dengan negara lain.
"Teorinya sangat sederhana," kata Presiden Spectra Markets Brent Donnelly.
Donnelly menambahkan, pasar saat ini sudah banyak memegang dolar, sementara Ketua The Fed yang cenderung 'run-it-hot' kemungkinan masuk, kondisi fiskal AS yang sudah buruk, suku bunga nominal tinggi yang segera turun, pola musiman dolar yang cenderung melemah, serta diferensial suku bunga yang berada di titik paling lebar.
"Saya memilih posisi long pada EUR/USD dan NZD/USD."

Sumber : investor.id