Spin Off BTN Syariah Mendesak, Akuisisi Jadi Cara Terbaik
Thursday, December 05, 2024       15:43 WIB

JAKARTA, investor.id - Pertumbuhan kinerja unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Tbk () atau BTN tergolong impresif pada kuartal III-2024. Hal itu kembali memunculkan ekspektasi publik terhadap rencana pemisahan usaha ( spin off ) unit usaha syariah.
Manajemen BTN diminta untuk mempercepat spin off unit usaha syariah atau BTN Syariah tersebut demi kemajuan industri perbankan syariah. BTN Syariah diharapkan menjadi penyeimbang PT Bank Syariah Indonesia Tbk () atau BSI, sehingga kompetisi menjadi lebih sehat dan masyarakat memiliki lebih banyak opsi.
"Dan, paling penting, spin off UUS BTN merupakan amanat UU yang implementasinya memiliki tenggat waktu yang ketat. Prinsipnya, semakin cepat terwujud bakal makin baik mengingat potensi pasar industri keuangan syariah yang tumbuh pesat," jelas Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah, Sutan Emir Hidayat dalam keterangannya.
Menurut dia, terdapat beberapa faktor mengapa spin off BTN Syariah mesti dipercepat. Pertama, dari sisi rugulasi, spin off sudah memungkinkan karena total aset BTN Syariah lebih dari Rp 50 triliun. Bahkan nilainya sudah mencapai Rp 58 triliun hingga kuartal III-2024.
"Ada dua unit usaha syariah yang telah memenuhi aset lebih dari Rp 50 triliun, yaitu CIMB Syariah dan BTN Syariah. Dengan demikian, secara regulasi sudah harus dilakukan spin off ," ungkap dia.
Faktor kedua, spin off akan menambah kekuatan BTN dalam mendukung program pembangunan 3 juta rumah yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Terlebih, minat masyarakat terhadap KPR syariah makin tinggi. Jika BTN Syariah beroperasi sebagai bank umum syariah (BUS), perseroan punya lebih banyak peluang untuk meningkatkan fungsi intermediasi, termasuk mencari sumber pendanaan alternatif.
"Di sisi lain akan ada penerapan kebijakan loan to value (LTV) KPR perumahan hingga 100% atau pembeli rumah tanpa dipungut uang muka. Maka, BTN Syariah menjadi BUS sangat dibutuhkan," tutur Sutan.
Faktor lainnya, menurut dia, spin off dapat mempercepat pertumbuhan BTN selaku induk. Dengan spin off , emiten berkode saham tersebut dapat menciptakan unlock value BTN Syariah, sehingga memperbesar aset dan kinerja keuangan ke depan.
Sebagai contoh, pertumbuhan BSI () begitu pesat setelah merger BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri Syariah menjadi BUS. Pertumbuhan tersebut akhirnya berdampak positif kepada induknya.
Akuisisi Unit Usaha Syariah Bank Lain
Selain itu, tren pertumbuhan keuangan syariah Indonesia masih sangat menjanjikan. Momentum ini dapat dimanfaatkan dengan menjadikan BTN Syariah menjadi BUS. "Dengan menjadikan BTN Syariah menjadi BUS, rencana pemerintah untuk memperkuat ekosistem industri halal di Indonesia akan lebih cepat berkat adanya bank syariah baru," ucapnya.
Meski demikian, spin off BTN Syariah diharapkan terjadi dengan mengakuisisi unit usaha syariah bank lain. Alhasil, BTN Syariah bisa menjadi bank besar atau setidaknya masuk dalam segmen bank kinerja bank berdasarkan modal inti ( KBMI ) 3. "Agar bisa bersaing dengan bank syariah lainnya," ujar Sutan.
Pada kuartal III-2024, BTN Syariah berhasil mencatatkan kenaikan laba sebesar 33,6% secara tahunan atau year on year (yoy). Laba bersih meningkat menjadi Rp 535 miliar pada sembilan bulan tahun 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 401 miliar.
Kenaikan laba bersih BTN Syariah ditopang kinerja intermediasi. Penyaluran pembiayaan BTN Syariah sebesar Rp 42,7 triliun, naik 19,3% yoy dibandingkan Rp 35,7 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
BTN Syariah juga berhasil mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 31,5% yoy. DPK menjadi Rp47,6 triliun per September 2024. Dari segi permodalan, aset BTN Syariah mencapai Rp 57,7 triliun per kuartal III-2024, tumbuh 19,2% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 48,4 triliun.

Sumber : investor.id