Anak Usaha LIPPO Group di Singapura Dalam Penyelidikan Polisi Atas Dugaan Penipuan
Monday, February 26, 2024       08:48 WIB

Ipotnews - LIPPO Group saat ini sedang menunggu putusan pengadilan mengenai jumlah kerugian yang harus dibayarkan kepada UOB setelah perjuangan hukum yang panjang yang dimulai pada tahun 2014, dan penderitaan yang dialami perusahaan ini mungkin belum berakhir.
Pasalnya, polisi Singapura saat ini diyakini sedang menyelidiki anak perusahaan grup tersebut - Lippo Marina Collection (LMC) yang berbasis di Singapura - atas dugaan penipuan yang bermula dari putusan pengadilan pada Oktober 2022. Demikian dirilis laman Singapura Businesstimes.com, Senin (26/2), mengutip laporan The Straits Times.
LMC adalah pengembang kondominium Marina Collection Sentosa Cove.
Divisi Banding Pengadilan Tinggi Singapura memutuskan LMC bertanggung jawab karena menggunakan cara yang melanggar hukum dalam konspirasi dengan agen real estate untuk menjual properti yang dibiayai oleh UOB.
Konspirasi tersebut mengakibatkan UOB kehilangan sejumlah besar uang setelah menyalurkan pinjaman rumah sebesar S$182 juta, membiayai lebih dari 100 persen harga pembelian apartemen kelas atas.
UOB berupaya mendapatkan S$92 juta dari LMC, dan sidang tiga hari diadakan pada bulan Januari 2024 untuk menentukan jumlah kerugian yang menjadi hak bank.
Pada tanggal 21 Februari 2024, polisi mengkonfirmasi penyelidikan yang sedang berlangsung berdasarkan laporan yang diajukan oleh UOB pada bulan November 2022, sebulan setelah bank tersebut memenangkan banding untuk membatalkan keputusan pengadilan sebelumnya.
Saat dihubungi, juru bicara LMC mengatakan perusahaan tersebut membantu polisi dalam penyelidikan mereka dan tidak pantas untuk berkomentar lebih lanjut.
Situs web Urban Redevelopment Authority menunjukkan bahwa LMC telah dicabut izinnya pada 19 Agustus 2011, setelah pengembangan Marina Collection selesai.
Artinya, pengembang tidak lagi diatur berdasarkan Undang-Undang Pengembang Perumahan (Kontrol dan Perizinan), yang mengatur penjualan dan pembelian properti hunian pribadi yang belum selesai dibangun.
UOB memulai gugatan terhadap LMC dan beberapa pihak lainnya pada tahun 2014 atas keterlibatan mereka dalam konspirasi untuk mendapatkan pinjaman perumahan yang membengkak sebesar S$182 juta.
Koleksi Marina yang berjumlah 124 unit diluncurkan untuk dijual pada akhir tahun 2007, namun hanya 42 unit yang terjual pada 10 Maret 2011, setelah serangkaian tindakan pendinginan diperkenalkan.
UOB mencairkan hipotek senilai S$182 juta antara bulan Desember 2011 dan September 2013 kepada pembeli 38 unit kondominium tersebut.
Pada tanggal 1 April 2015, seluruh 38 pembeli telah gagal membayar pinjaman mereka.
Dalam putusan tertanggal 28 Oktober 2022, Divisi Banding Pengadilan Tinggi memutuskan bahwa LMC sengaja memberikan harga pembelian yang salah atau melebih-lebihkan kepada pembeli dalam bentuk opsi untuk membeli.
LMC juga memberikan "potongan harga furnitur" dalam jumlah besar sebesar 22 hingga 34 persen yang digunakan untuk mengimbangi pembayaran tunai yang diperlukan untuk pembelian kondominium, yang tidak diungkapkan kepada UOB.
Rabat ini menaikkan harga masing-masing properti dalam bentuk opsi untuk membeli.
Selain itu, LMC menyembunyikan identitas sebenarnya dari pembelinya, dan sebagian besar adalah calon investor Indonesia, bukan pemilik yang dituju.
Hakim Divisi Banding Belinda Ang, Woo Bih Li dan Quentin Loh menyatakan keprihatinan atas kurangnya pengakuan LMC mengenai keseriusan tindakan mereka.
Mereka menyoroti bahwa dengan menipu UOB, Lippo juga telah menyesatkan penilai dan pembeli lain yang mengandalkan harga pembelian yang disebutkan dalam opsi pembelian.
Hal ini tidak hanya mempengaruhi penilaian unit lain dalam Marina Collection, tetapi juga proyek serupa lainnya.
Harga pembelian yang meningkat memberikan gambaran yang menyimpang dari suatu segmen pasar properti, kata para hakim.(The Straits Times)

Sumber : admin