Dibatasi Ketidakpastian Global, Pemulihan Ekonomi Asia Tenggara Berbentuk U: Nomura.
Thursday, August 06, 2020       16:26 WIB

Ipotnews - Beberapa negara Asia Tenggara dinilai lebih berhasil dalam mengatasi wabah virus korona, tapi ketidakpastian global membatasi tingkat pemulihan ekonomi di kawasan tersebut.
"Secara umum, untuk kawasan ini ... menurut saya pemulihan akan berbentuk U, karena masih penuh ketidakpastian, dan saya pikir risikonya masih condong ke sisi bawah," Euben Paracuelles, kepala ekonom Asean Nomura, seperti dikutip CNBC , Kamis (6/8).
Pemulihan bentuk-U biasanya diartikan bahwa perekonomian menghabiskan waktu lebih lama di dasar resesi sebelum pulih secara bertahap.
Paracuelles menjelaskan bahwa meskipun Thailand terlihat berhasil menahan wabahnya, ekonominya masih akan mengalami "hambatan besar" akibat kemerosotan pariwisata. Pukulan dari sektor pariwisata kemungkinan akan berlanjut sampai kontrol di perbatasan dilonggarkan, atau ketika vaksin sudah tersedia, sehingga akan memungkinkan orang untuk bepergian lagi.
Sebuah laporan yang dirilis bulan lalu oleh Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) menyebut Thailand merupakan salah satu negara yang bisa mengalami penderitaan terbesar akibat pukulan ekonomi dari hilangnya pendapat pariwisata. Laporan itu menyebutkan, skenario paling optimis, Thailand akan kehilangan 9%, atau sekitar USD47,7 miliar, dari produk domestik brutonya.
Sebelum pandemi virus korona, "satu-satunya mesin ekonomi utama Thailand sebenarnya adalah pariwisata dan sektor terkait," kata Paracuelles. "Jika itu disingkirkan, tidak banyak yang dapat meningkatkan ekonomi," imbuhnya seperti dikutip CNBC , Kamis (6/8).
Sementara itu, kata Paracuelles, meskipun Singapura telah melonggarkan langkah-langkah penguncian parsial selama lebih dari sebulan - tetapi wabah virus korona baru secara global masih mengancam permintaan luar negeri untuk barang dan jasa negara itu. Perekonomian Singapura sangat bergantung pada permintaan eksternal mengingat pasar domestiknya yang kecil.
Sedangkan Indonesia dan Filipina - dua negara terpadat di Asia Tenggara - masih sibuk berjuang untuk mengendalikan penyebaran virus korona atau penyakit Covid-19 secara lokal. Keduanya mengalami tekanan ekonomi cukup besar akibat wabah tersebut.
Indonesia, Rabu kemarin melaporkan kontraksi ekonomi pertamanya dalam lebih dari dua dekade setelah PDB kuartal kedua menyusut 5,3% dari tahun lalu, sementara Filipina, Kamis ini melaporkan, telah membukukan kontraksi 16,5% dibanding tahun lalu, rekor kontraksi terdalam.
Filipina pekan ini juga memperketat penguncian di ibu kota Manila dan provinsi-provinsi terdekat, yang menurut Paracuelles - sebuah langkah yang akan mempengaruhi aktivitas ekonomi selanjutnya.
Ia meyakini kedua pemerintah kedua negara itu menghadapi urgensi yang lebih besar untuk dapat mendukung perekonomian masing-masing.
Ia mencatat, hingga saat ini pemerintah Filipina belum mengeluarkan dana sebanyak beberapa negara di kawasan itu untuk meningkatkan perekonomian. "Jika itu tidak segera terjadi, saya khawatir akan menimbulkan lebih banyak kekhawatiran, ketidakpastian bisnis akan tetap tinggi dan karena itu menghambat pemulihan," katanya.
Sedangkan bagi Indonesia, Paracuelles mengatakan, semakin lama upaya pihak berwenang dalam mengendalikan wabah, akan semakin sulit langkah-langkah stimulus untuk meniadakan pukulan pada ekonomi. ( CNBC )

Sumber : Admin