Indeks PMI Asia Bervariasi, Sektor Manufaktur Masih Hadapi Tekanan
Friday, December 01, 2023       10:02 WIB

Ipotnews - Indikator utama aktivitas sektor manufaktur Asia gagal membalikkan sentimen  bearish  untuk bulan November. Permintaan barang global tetap rendah dan pemulihan ekonomi China yang lambat melemahkan optimisme pasar.
Kinerja manufaktur Asia dipandang sebagai ukuran penting bagi kesehatan perdagangan global. Hasil survei yang diterbitkan S&P Global dan au Jibun Bank, Jumat (1/12), menunjukkan, indeks manajer pembelian (PMI) terbaru gambaran yang beragam.
Data PMI China menunjukkan kerapuhan dalam perekonomian terbesar kedua di dunia itu, sehingga menambah tekanan pada pemerintah untuk memberikan lebih banyak stimulus guna mempertahankan momentum menuju tahun depan.
PMI manufaktur Caixin yang berorientasi ekspor melonjak menjadi 50,7, mengalahkan ekspektasi 49,6. Namun, PMI manufaktur resmi yang dirilis Kamis kemarin turun menjadi 49,4, menandai kontraksi bulan kedua berturut-turut.Kendati demikian, rilis indeks PMI Caixin tentang aktivitas pabrik di China secara tak terduga kembali mengalami ekspansi.
Sementara itu, pemimpin sektor perdagangan di Asia, Korea Selatan mengakhiri penurunan aktivitas manufaktur selama 16 bulan dengan PMI sebesar 50 - tepat di ambang batas. Produsen meningkatkan jumlah staf dan pembelian sebagai tanda peningkatan permintaan. Pemulihan ekspor Korea Selatan juga meningkat pada bulan November, naik 7,8% dari tahun lalu berkat perubahan haluan dalam pengiriman semikonduktor.
Sedangkan pusat elektronik Taiwan mengalami kenaikan PMI menjadi 48,3, yang merupakan angka terbaik sejak bulan Maret. Jepang bernasib buruk karena mengalami penurunan tajam dalam produksi dan pesanan baru.
"Anggota panel banyak mengomentari tentang lemahnya permintaan pelanggan baik di pasar domestik maupun internasional," kata Usamah Bhatti dari S&P Global Market Intelligence mengenai kinerja Jepang, seperti dikutip Bloomberg. (Bloomberg)
"Jika permintaan pelanggan terus berkurang, hal ini akan berdampak buruk pada kinerja sektor manufaktur ASEAN dalam beberapa bulan mendatang. Selain itu, kepercayaan dunia usaha tentang situasi tahun depan secara historis masih lemah di seluruh kawasan," kata ekonom S&P Maryam Baluch tentang Asia Tenggara.
Indeks PMI manufaktur Vietnam memburuk karena pabrik-pabrik terbebani oleh biaya input yang lebih tinggi dan konsumen tidak bersedia membayar harga yang lebih tinggi.
Skor Malaysia dan Thailand membaik meski masih berada di bawah 50, garis pemisah antara kontraksi dan ekspansi.
Sedangkan sektor manufaktur di Filipina dan Indonesia mengalami peningkatan pesanan yang mendorong PMI mereka masing-masing lebih tinggi menjadi 52,7 dan 51,7. (Bloomberg)


Sumber : Admin