Investasi Asing Global Menyusut, Memasuki Tahun Ketiga Berturut-turut
Thursday, June 13, 2019       18:57 WIB

Ipotnews - Laporan PBB menunjukkan adanya peningkatan pembatasan dan kebijakan lain yang diterapkan oleh negara-negara maju.
Laporan terbaru Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (Unctad) menyebutkan, nilai investasi asing langsung global telah terperosok ke level terendah sejak krisis keuangan pada 2008 lalu. Negara-negara kaya memimpin dunia ke dalam kemunduran dari, "masa kejayaan pertumbuhan yang dipimpin ekspor," tulis laporan tersebut seperti dikutip Financial Times, Kamis (13/6).
Pada 2018 lalu, nilai investasi asing langsung (FDI) di seluruh dunia turun 13 persen menjadi USD1,3 triliun, tahun penurunan ketiga setelah turun pada dua tahun sebelumnya. Laporan itu menyebutkan, penurunan terjadi di tengah meningkatnya proteksionisme global dan peningkatan transfer laba perusahaan AS di luar negeri, setelah pemerintahan Presiden Donald Trump melakukan reformasi pajak tahun 2017.
Investasi dari perusahaan multinasional China juga turun 18 persen menjadi USD130 miliar, memasuki tahun kedua beruntun, sebagai akibat dari kebijakan negara itu untuk mengekang investasi luar negeri, serta meningkatnya pembatasan investasi di AS dan Eropa.
Menurut Mukhisa Kituyi, Sekretaris Jenderal Unctad, yang melacak pembuatan kesepakatan, portofolio, dan investasi baru, "Dalam beberapa waktu sekarang ini, iklim kebijakan global untuk perdagangan dan investasi belum sebaik sebelumnya ketika ekspor memimpin masa kejayaan pertumbuhan dan pembangunan," ujarnya.
Laporan investasi global tahunan Unctad menunjukkan, jumlah langkah kebijakan restriktif yang mempengaruhi investasi asing mendekati rekor tertinggi pada tahun lalu. Dari hanya sekitar satu dari 10 langkah kebijakan yang mempengaruhi pembatasan investasi pada 16 tahun lalu, pada tahun lalu proporsinya meningkat menjadi satu dari tiga kebijakan.
Sebagian besar pembatasan - 21 dari 31 - yang diterapkan tahun lalu, ada di negara maju. Selain itu, ada ada peningkatan substansial pada tahun 2017 dan 2018 dalam proses pembatasan untuk FDI.
Jerman, misalnya, memperluas definisi infrastruktur penting dalam proses pembatasan investasinya dengan memasukkan sektor berita dan media. Sementara Inggris, menurunkan ambang batas yang memicu pembatasan investasi, dari 70 juta poundsterling menjadi 1 juta pound di industri teknologi tinggi.
Sebaliknya, negara-negara berkembang di Asia secara luas mengadopsi langkah-langkah yang ditujukan untuk liberalisasi, promosi, dan fasilitasi investasi.
Laporan Unctad juga memperingatkan bahwa tahun lalu sekitar USD153 miliar nilai kesepakatan merjer dan akuisisi diblokir atau dibatalkan karena alasan peraturan atau politik. Naik dua klai lipat dibanding tahun 2017.
Secara geografis, penurunan arus masuk investasi tidak terjadi secara merata, dengan penurunan terbesar di negara maju, khususnya di Eropa. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh repatriasi pendapatan asing AS secara besar-besaran, setelah reformasi pajak pada akhir 2017.
Arus masuk juga turun di Amerika Latin dan di negara-negara non Uni Eropa di Eropa Timur. Sementara di Afriks mengalami sedikit kenaikan, dengan kenaikan lebih signifikan di Asia sebesar 4 persen.
Dengan mengabaikan fluktuasi yang disebabkan oleh reformasi pajak AS dan elemen volatile lainnya, "tren FDI yang mendasarinya. . . masih negatif," ungkap laporan itu.(The Financial times)

Sumber : Admin