Investor Pangkas Taruhan Bullish Mata Uang Asia, Incar Kenaikan Yield US Treasury: Jajak Pendapat Reuters
Thursday, January 14, 2021       16:05 WIB

Ipotnews -Jajak pendapat Reuters mengindikasikan, bahwa investor mengurangi posisi  buy  mata uang Asia karena prospek surat utang  emerging market  memburuk setelah lonjakan imbal hasil US Treasury. Mereka memangkas taruhannya pada won Korea Selatan dan dolar Taiwan hingga hampir separuhnya.
 Greenback  pulih dari tekanan penurunan sejak  benchmark  imbal hasil US Treasury melonjak, menjadi lebih dari 1%. Keberhasilan Partai Demokrat AS merebut dominasi Senat AS pada pekan lalu, membuat potensi stimulus fiskal besar menjadi lebih mudah melalui penerbitan surat utang.
Namun ekspektasi tersebut menyusutkan taruhan  bullish  pada yuan China, dolar Singapura, ringgit Malaysia, dan baht Thailand. Jajak pendapat dari 15 responden menunjukkan, empat mata uang tersebut melemah untuk pertama kalinya sejak vaksin COVID-19 diumumkan pada awal November lalu.
"Pasar obligasi sedang berhati-hati menyikapi kemungkinan peningkatan pasokan dan potensi peningkatan stimulus fiskal dari pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang berakibat pada imbal hasil yang lebih tinggi," kata Mitul Kotecha, ahli strategi EM senior di TD Securities).
"Oleh karena itu, perbedaan imbal hasil dengan beberapa mata uang Asia terlihat kurang menarik," imbuhnya, seperti dikutip Reuters, Kamis (14/1
Menurut Kotecha, pelaku pasar juga mengkhawatirkan tentang resistensi bank sentral Asia terhadap kenaikan mata uang. Ia mengacu pada Bank Rakyat China yang mengungkapkan kegelisahannya terhadap kenaikan pesat yuan.
Namun beberapa analis sepakat bahwa penurunan sentimen itu akan terjadi dalam jangka pendek, dengan mengandalkan peluncuran vaksin dan  rebound  ekspor - yang bergantung pada situasi perdagangan pada tahun 2021 - untuk memimpin pemulihan ekonomi Asia.
Won Korea Selatan dengan imbal hasil yang rendah mengalami pemenggalan taruhan  bullish , sehingga anjlok ke level terendah dalam tiga bulan. Investor mengkhawatirkan perkembangan kasus infeksi Covid-19 yang memburuk di negara itu, setelah gelombang ketiga infeksi pada bulan lalu hampir merusak sistem perawatan kesehatannya.
Semenjak itu, won terus tertinggal dari mata uang lain di  emerging market  (EM) Asia. Pada Desember lalu, aksi jual investor asing juga menerjang bursa saham dan pasar obligasi Korea Selatan.
Taruhan  bullish  pada dolar Taiwan, mata uang berkinerja terbaik di Asia pada tahun 2020, dan yuan juga menurun setelah bank sentral kedua negara itu mengambil langkah untuk meredam lonjakan mata uang domestik.
Sumber Reuters mengatakan, bank sentral Taiwan telah meminta bank yang melakukan transaksi valuta asing untuk menahan diri selama sepekan dan melakukan intervensi untuk menjaga mata uang lokal tetap terkendali.
Sementara itu, Bank Rakyat China mengerahkan langkah-langkah untuk membendung arus masuk modal demi mencegah yuan bergerak terlalu cepat, setelah melampaui batas krusial, 6,50 per dolar AS pada awal tahun ini.
Survei Reuters difokuskan pada apa yang diyakini para analis sebagai posisi pasar saat ini di sembilan mata uang EM Asia: yuan China, won Korea Selatan, dolar Singapura, rupiah Indonesia, dolar Taiwan, rupee India, peso Filipina, ringgit Malaysia, dan baht Thailand. .
Jajak pendapat tersebut menggunakan estimasi posisi  net long  atau  short  dengan skala minus 3 hingga plus 3. Skor plus 3 mengindikasikan bahwa pasar secara signifikan mengambil posisi  long  dolar AS. Angka tersebut termasuk posisi yang diambil melalui  non-deliverable forward  (NDF). (Reuters)

Sumber : Admin