Lockdown Sudah Mencapai Tujuannya, Saatnya Diakhiri!
Thursday, May 28, 2020       21:02 WIB

Ipotnews - Kontroversi lockdown (penguncian wilayah terkait wabah Covid-19) di berbagai negara yang menerapkannya terus merebak. Di Amerika Serikat, pro kontra lockdown sudah masuk ke wilayah politik dan bahkan membelah dua kubu ideologi liberal dan konservatif. Relatif bisa dinilai, kubu Republik (konservatif) anti-lockdown dan kubu Demokrat (liberal) cenderung pro-lockdown.
Meramaikan perdebatan tersebut, dalam sebuah artikel yang dimuat di laman Washington Post pekan ini, kolumnis Marc A Thiessen secara realistis mempertanyakan efektivitas kebijakan penguncian wilayah, sekaligus memaparkan biaya besar berupa materi dan kerugian sosial ekonomi yang diakibatkan. Berikut pemaparannya:
"Lockdown atau penguncian wilayah tidak akan pernah bisa mencegah orang tertular Covid-19, tidak akan mungkin; Kebijakan itu hanya untuk mengulur waktu guna mempelajari virus penyebab ( SARS COV-2) dan mencegah sistem layanan kesehatan kewalahan.
Dengan dasar berpikir itu, sebenarnya lockdown di berbagai negara bagian telah mencapai tujuannya. Pemerintahan Trump berada di jalur yang benar untuk mendapatkan dan menyediakanhampir 200.000 ventilator pada akhir tahun ini, dan New York memiliki begitu banyak sehingga mengirimnya ke negara bagian lain. Korps Insinyur Angkatan Darat menghabiskan USD660 juta untuk membangun rumah sakit lapangan darurat di seluruh negeri, tetapi NPR melaporkan bahwa "sebagian besar fasilitas ini belum merawat satu pasien pun." The Post melaporkan bahwa setidaknya di selusin negara bagian sekarang memiliki alat tes coronavirus lebih banyak daripada jumlah orang, dan Gubernur New York Andrew M Cuomo baru-baru ini mengatakan, "kami memiliki lebih banyak tempat dan kapasitas pengujian yang lebih banyak daripada kami gunakan."
Berbagai capaian itu didapat dengan harga yang sangat mahal. Dalam dua bulan terakhir, hampir 40 juta orang Amerika kehilangan pekerjaan - sekitar seperempat dari populasi pekerja negara ini. Satu studi baru-baru ini memperkirakan bahwa 42 persen dari PHK itu mungkin permanen.
Tak hanya pengangguran, biaya lain juga berupa hilangnya kehidupan. Orang Amerika terpaksa menunda perawatan untuk penyakit-penyakit non-covid-19 seperti kanker dan penyakit jantung - melakukan skrining, pembedahan, kemoterapi, dan kunjungan ruang gawat darurat. Zoran Lasic, seorang ahli jantung di Jamaica Hospital Medical Center dan Lenox Hill Hospital di New York, mengatakan kepada New England Journal of Medicine bahwa ketika kita melihat ke belakang "jumlah korban pada pasien yang tidak memiliki koinfeksi akan jauh lebih besar daripada kematian yang berkomplikasi." Sementara pemerintah mempercepat uji klinis untuk pengobatan dan vaksin covid-19, namun untuk banyak penyakit non-Covid-19 terhenti.
David Ryan, kepala onkologi di Massachusetts General Hospital, mengatakan kepada NEJM bahwa "penelitian klinis pada kanker akan mundur setidaknya satu tahun karena semua dibatalkan untuk fokus ke lonjakan pasien kasus Covid-19. "Menurut model dari Meadows Mental Health Policy Institute, kita bisa melihat 40.000 kematian tambahan karena bunuh diri dan overdosis narkoba di antara para pengangguran, serta tambahan 2 juta orang yang kecanduan narkoba."
Ketika pandemi pertama kali datang, AS tidak memiliki data untuk menunjukkan populasi mana yang paling rentan. Sekarang semua tahu bahwa sebagian besar korban Covid-19 adalah orang Amerika yang tua, dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya. Mereka tetap harus dilindungi, namun juga semua orang, terutama orang muda, yang risiko terkena Covid-19 jika pelonggaran dilakukan jauh lebih rendah.
Biasanya anak-anak paling rentan dalam pandemi, itulah sebabnya sekolah ditutup. Itu adalah keputusan yang tepat ketika coronavirus baru muncul. Tetapi sekarang kita tahu bahwa Covid sudah hidup bersama anak-anak. New York City, episentrum epidemi, melaporkan hanya 13 yang dikonfirmasi atau diduga meninggal karena Covid-19 berusia di bawah 17 tahun dan hampir semua korban memiliki penyakit lain yang menjadi penyebab kematian. (Ada lima kematian yang diduga atau dikonfirmasi di New York di antara anak-anak dengan sindrom inflamasi terkait-19 yang jarang terjadi).
Orang tua yang tidak nyaman mengirim anak-anak mereka ke sekolah harus diberikan pilihan untuk belajar jarak jauh. Tetapi sebagian besar siswa harus diizinkan kembali ke kelas dengan tindakan pencegahan jarak sosial yang sesuai.
Menurut Dimitri Christakis, direktur di Center for Child Health, Behavior and Development pada Seattle Children's Hospital sekaligus editor di JAMA Pediatrics, anak-anak akan mengalami kehilangan waktu belajar 9 hingga 12 bulan karena lockdown. Itu hanya akan semakin memburuk jika kebijakan terus berlanjut di musim gugur. Namun Michael Chertoff, ketua ReOpen DC Advisory Group, telah merekomendasikan bahwa sekolah di Washington D.C. tidak sepenuhnya dibuka untuk belajar secara langsung sampai ada vaksin. Itu sama sekali tidak masuk akal.
Bahkan jika kita melihat lonjakan dalam kasus ketika lockdown berakhir, kita sekarang memiliki kapasitas untuk menanganinya. Dengan pengujian yang memadai, kita harus memiliki data yang baik tentang di mana covid-19 menyebar pada musim gugur, dan kemampuan untuk menggunakan tindakan mitigasi lokal daripada nasional untuk memagari setiap hot spot.
Kita semua harus melakukan bagian bisa kita lakukan - mencuci tangan, memakai masker di dalam ruangan, mempraktikkan jarak sosial dan melindungi yang rentan. Tapi sudah saatnya berhenti meminta jutaan orang Amerika untuk mengorbankan mata pencaharian mereka. Ini adalah waktu untuk memulai kembali perawatan bagi pasien non-covid-19. Dan sudah waktunya bagi anak-anak untuk kembali ke sekolah."

Sumber : admin