Minat Pada Aset Berisiko Menurun, Dolar Bergerak Naik
Thursday, August 06, 2020       16:54 WIB

Ipotnews - Nilai tukar dolar AS pada sore ini menguat karena minat investor terhadap aset berisiko di pasar uang London pada Kamis pagi waktu setempat, melemah.
Pelaku pasar juga menanti rilis data ketenagakerjaan AS dan perkembangan terbaru dari negosiasi RUU stimulus bantuan fiskal di Washington, AS.
Minat terhadap aset berisiko sempat meningkat pada hari Rabu (5/8) setelah data Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan tingkat permintaan dalam industri jasa di AS baru-baru ini melonjak ke rekor tertinggi.
Tetapi data juga menunjukkan bahwa jumlah rekrutmen tenaga kerja menurun, menunjukkan pemulihan pasar tenaga kerja AS masih goyah.
Mengutip data Reuters di London, Kamis (5/8) pukul 15.07 WIB, indeks dolar AS terhadap sekeranjang mata uang negara maju (Indeks Dolar) yang sempat jatuh ke level terendah dalam penutupan perdagangan di London kemarin, hari ini bergerak ke level 92,495 pada pukul 13.08 WIB, kemudian naik lagi pada pukul 14.00 WIB menjadi 92,713.
Kurs euro terhadap dolar juga mencapai level tertinggi dalam dua tahun terakhir di USD1,1916 menjelang akhir sesi perdagangan Asia, kemudian turun kembali ke USD1,1876. Penguatan euro didorong oleh data PMI pada hari Rabu kemarin yang menunjukkan perekonomian di Benua Eropa mulai bangkit kembali.
"Pasar sekarang fokus pada berita dan pandangan yang positif, ada banyak hal selama sepekan yang mendorong untuk menjual dolar," tulis analis Commerzbank Antje Praefcke dalam sebuah catatan kepada klien
"Namun, itu tidak berarti bahwa dolar harus terapresiasi secara signifikan jika terjadi peningkatan penghindaran risiko. Terlalu banyak kerusakan yang telah terjadi selama beberapa pekan terakhir, menyebabkan kepercayaan pasar terhadap peran dolar AS sebagai tempat berlindung yang aman menjadi hancur, "tambahnya.
Mata uang berisiko, dolar Australia dan Kiwi yang sebelumnya menguat berakhir melemah karena dolar AS mulai pulih. Pukul 14.11 WIB, dolar Australia berada di USD0,71905, turun 0,1%. Sementara Kiwi turun 0,2% menjadi USD0,6639.
Kota terbesar kedua di Australia, Melbourne, memulai  lockdown  total selama enam minggu pada hari ini, setelah munculnya kembali kasus COVID-19.
Sebagian analis mengkhawatirkan bahwa program untuk mendukung ekonomi, seperti tunjangan pengangguran, akan menutupi adanya persoalan mendasar pada perekonomian AS. "Kita menipu diri sendiri, seolah stimulus untuk melindungi kita dapat dipertahankan kapan pun, di manapun. Tidak bisa," tulis Michael Every, ahli strategi global di Rabobank.
Investor masaih menunggu keputusan anggota Kongres AS untuk menyetujui RUU Stimulus Fiskal dari Pemerintah AS. Meskipun belum ada tanda-tanda kesepakatan akan segera tercapai.
Sampai saat ini Partai Republik dan Partai Demokrat mengajukan angka anggaran yang berbeda terkait RUU tersebut. Kebijakan pembayaran tunjangan pengangguran sebesar USD600 setiap minggu untuk puluhan juta orang warga AS yang kehilangan pekerjaan karena pandemi virus korona telah berakhir pada Jumat lalu (31/7).
Data ketenagakerjaan AS dijadwalkan pada pukul 19.30 WIB nanti.
Mengutip data Bloomber pukul 16.18 WIB, indeks dolar AS (DXY) berada di level 92,91. Posisi ini naik 0,04 poin atau 0,05% dibandingkan penutupan terakhir Rabu sore di New York di level 92.86. Pada pukul 15.07 WIB, DXY berada di level 92,91, sama dengan level saat ini. (Adhitya)

Sumber : Admin