Obligasi Indonesia Memenuhi Semua Syarat untuk Lanjutkan Reli
Monday, October 21, 2019       19:17 WIB

Ipotnews - Sepanjang tahun ini, obligasi Indonesia telah membuat semua pesaingnya menjadi terlihat kurang menarik. Banyak alasan dan masih tersedia ruang untuk terus meningkat.
Menurut indeks Bloomberg Barclays, sepanjang tahun ini surat utang yang diterbitkan pemerintah Indonesia, telah menghasilkan  return  13%, lebih dari dua kali lipat  gain  yang bisa dihasilkan obligasi negara  emerging market  secara keseluruhan, sebesar 6,1%.
Pasar sekuritas Indonesia juga menguat didorong oleh pelonggaran kebijakan moneter bank sentral dan perbaikan fiskal, meskipun diguncang isu perang dagang AS-China.
Ada empat alasan mengapa reli obligasi Indonesia masih berpotensi berlanjut;
1. Kebijakan Moneter Akomodatif
Bank Indonesia telah memangkas suku bunga acuan tiga kali tahun ini, tetapi para ekonom memperkirakan masih berlanjut. Sebelas dari 15 responden survei Bloomberg, akhir pekan lalu, memperkirakan, BI akan menurunkan suku bunga acuan 7- days reverse repo rate  menjadi 5% dari 5,25% saat ini dalam rapat kebijakan Kamis mendatang.
BI masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga lagi selama dapat mempertahankan target inflasi, kata Deputi Gubernur Dody Budi Waluyo pekan lalu.
2. Defisit yang terkelola
Meskipun Presiden Joko Widodo telah berjanji untuk meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pada Agustus lalu ia memproyeksikan bahwa defisit fiskal akan turun menjadi 1,76% dari produk domestik bruto tahun depan. Angka tersebut jauh di bawah batas maksimal yang diamanatkan undang undang sebesar 3%. Dalam tinjauan tahunan terhadap ekonomi Indonesia yang dirilis pada bulan Juli, Dana Moneter Internasional memperkirakan defisit akan tetap stabil di angka 1,8%.
3.Meredana ketegangan dagang AS-China
Meskipun obligasi Indonesia lolos dari aksi jual terburuk di  emerging-market  akibat meningkatnya ketegangan perdagangan AS-Cina, ada beberapa prospek manfaat yang bisa didapat dari menurunnya ketegangan. Imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia telah turun 15 basis poin pada bulan ini, karena AS dan China menjanjikan untuk terus berupaya mencapai kesepakatan perdagangan yang komprehensif, setelah putaran perundingan di Washington yang berakhir 13 Oktober lalu.
4. Volatilitas rendah
Salah satu faktor yang menghalangi investor asing untuk membeli obligasi Indonesia adalah volatilitasnya yang tinggi. Imbal hasil obligasi 10 tahun melonjak menjadi 9,90% pada September 2015 dari 7,02% pada tujuh sebelumnya karena melemahnya pertumbuhan China sehingga menggoyahkan nilai aset  emerging-market.  Prospek pengulangan berkurang karena Bank Indonesia secara teratur melakukan intervensi dalam mata uang dan pasar obligasi, dan memperkenalkan kontrak berjangka NDF domestik pada akhir 2018.
Pekan lalu, volatilitas rupiah secara bulanan terlihat turun menjadi 5,38%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata volatilitas selama lima tahun terakhir sebesar 8,44%, dengan volatilitas tertinggi 17,8% pada Oktober 2015.
"Kami terus bersikap positif pada obligasi pemerintah Indonesia karena kami yakin masih ada ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut," kata Edward Ng, manajer portofolio di Nikko Asset, Singapura. "Imbal hasil riil yang ditawarkan oleh obligasi Indonesia menjadikan Indonesia salah satu pasar paling menarik di Asia," imbuhnya seperti dikutip Bloomberg, Senin(21/10).

Sumber : Admin