Pemulihan Ekonomi Indonesia Akan Sulit Membentuk Kurva V Jika Kasus Infeksi Korona Melonjak Tak Terkendali
Tuesday, June 30, 2020       16:55 WIB

Ipotnews - Upaya Indonesia untuk memulihkan perekonomian dengan membentuk kurva-V akan sulit tercapai jikalonjakan kasus infeksi virus korona tidak terkendali.
Selama lebih dari sebulan, ratusan ribu tentara dan polisi telah disibukan oleh upaya penegakkan aturan jarak sosial untuk mengatasi wabah di Indonesia. Tapi kasus baru terus meningkat, lebih dari dua kali lipat dansudah menjadi lebih dari 56.000 kasus infeksi.
Lonjakan infeksi dapat mendorong pengusaha untuk menunda pembukaan kembali bisnisnya, sehingga membebani sentimen konsumen, memperdalam penurunan laju ekonomi, dan memaksa pemerintah yang kekurangan uang untuk menambah langkah-langkah stimulusnya.
Nomura Holdings Inc. memperkirakan perekonomian Indonesia tahun ini akan berkontraksi 3,2%, dengan defisit fiskal meningkat menjadi 7,5% dari produk domestik bruto tahun. Perkiraan tersebut jauh lebih buruk daripada proyeksi pertumbuhan pemerintah yang berada dalam kisaran -0,4% hingga 1%, dan kesenjangan anggaran mencapai 6,34%.
"Kasus harian terus meningkat dengan cepat dalam beberapa hari terakhir, menunjukkan pembukaan kembali kemungkinan telah meningkatkan risiko penularan," tulis Euben Paracuelles dan Rangga Cipta, ekonom di Nomura, dalam laporannya pekan lalu. "Kami percaya peningkatan kasus Covid-19 dapat menghambat pemulihan, karena permintaan tetap lemah dan kepercayaan konsumen rendah," imbuhn mereka seperti dikutip Bloomberg, Selasa (30/6).
Indonesia telah mulai mengurangi beberapa pembatasan yang semulau diberlakukan untuk menahan pandemi. Mal-mal perbelanjaan, tempat-tempat ibadah dan restoran sudah diizinkan untuk dibuka kembali mulai awal Juni di ibukota Jakarta dan beberapa kota lainnya, dengan keharusan menerapkan standar kesehatan.
RHB Investment Bank memperkirakan, Indonesia akan mengalami kontraksi PDB sekitar 1% pada tahun ini. Meningkatnya kasus Covid-19, menurut RHB, akan memaksa pemerintah untuk mempertahankan beberapa bentuk pembatasan pergerakan, yang selanjutnya akan menekan pertumbuhan.
Kondisi tersebut juga dapat mendorong Bank Indonesia untuk melanjutkan siklus pelonggaran kebijakan moneternya dengan memangkas lagi suku bunga acuan sebesar 25 hingga 50 basis poin. "Itu tergantung pada tingkat keparahan krisis," kata ekonom RHB Investmen Bank, Ahmad Nazmi Idrus.
Menurut Panji Fortuna Hadisoemarto, ahli epidemiologi di Universitas Padjadjaran, Bandung, strategi pembatasan penyebaran virus korona di Indonesia dikacaukan oleh kurangnya respons kebijakan yang seragam di setiap daerah yang terpisah, sehingga kemungkinan akan memerlukan waktu lama untuk mengatasi pandemi. Belum lagi tingkat kepatuhan penggunaan masker dan jarak fisik yang rendah.
"Kami tidak dapat lagi memperkirakan puncak pandemi secara nasional, karena kebijakannya berbeda untuk setiap daerah," kata Panji. "Jika kita melanjutkan strategi ini, maka kita harus menunggu waktu yang sangat lama untuk melewati kondisi ini. Bisa bertahun-tahun," ujarnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengharapkan ekonomi untuk pulih pada kuartal ketiga setelah kontraksi 3,8% pada saat ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia siap untuk  rebound  membentuk kurva V, mengingat strategi penanggulangan virus yang lebih ringan.
Namun lonjakan kasus baru dalam beberapa minggu terakhir di Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Jakarta telah mendorong pihak berwenang untuk mengabaikan perkiraan puncak pendemi Juni dan lebih fokus pada langkah-langkah untuk membendung penyebarannya.
"Mengingat ketidakpastian tentang situasi kesehatan di Indonesia, perkiraan dasar kami mengasumsikan profil pemulihan ekonomi yang lebih berbentuk U dibandingkan dengan bentuk-V," ungkap Sung Eun Jung, ekonom di Oxford Economics Ltd., Singapura. "Bahkan jika konsumen dan bisnis diizinkan untuk bergerak dan beroperasi, mereka akan ragu untuk melakukannya jika masalah kesehatan tetap bertahan." (Bloomberg)

Sumber : Admin