Rupiah Ditutup Menguat Tipis Versus Dolar, Ini 4 Faktor Pendorongnya...
Wednesday, February 01, 2023       15:51 WIB

Ipotnews - Kurs rupiah ditutup menguat tipis terhadap dolar AS petang ini, disokong tiga faktor eksternal dan satu faktor internal.
Mengutip data  Bloomberg,  Rabu (1/2) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup pada level Rp14.975 per dolar AS, menguat 15 poin atau 0,10% dibandingkan penutupan kemarin, yakni Rp14.990.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan faktor pertama adalah pelemahan Indeks Dolar AS (Indeks DXY) hari ini. "Pelaku pasar memposisikan diri menunggu pengumuman kenaikan suku bunga dan pesan yang berpotensi  hawkish  dari Federal Reserve," kata Ibrahim.
The Fed secara luas diperkirakan menaikkan suku bunga 25 basis poin, Rabu waktu setempat, setelah inflasi Amerika Serikat turun selama beberapa bulan terakhir. Tetapi komentar dari Chairman Fed, Jerome Powell, tentang jalur kebijakan moneter akan diawasi ketat, mengingat data terbaru mengisyaratkan ketahanan ekonomi AS.
"Prospek  hawkish  dari Fed kemungkinan akan membebani mata uang Asia ke depan, mengingat hal itu mengindikasikan semakin menyempitnya kesenjangan antara imbal hasil investasi di Amerika dengan investasi di aset berisiko pada emerging market," ujar Ibrahim.
Faktor kedua, kata dia, pemulihan ekonomi China akan menguntungkan sebagian besar ekonomi Asia, yang bergantung pada negara tersebut sebagai mitra dagang, termasuk Indonesia. Ini menjadi sentimen positif yang ikut membantu rupiah menguat tipis terhadap dolar AS.
"Meski China masih menghadapi wabah Covid-19 terburuknya, yang dapat menunda pemulihan ekonomi lebih besar," ucap Ibrahim.
Faktor ketiga, investor juga fokus menunggu hasil keputusan kebijakan oleh Bank of England dan Bank Sentral Eropa, Kamis. Keduanya diperkirakan menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 50 basis poin. Ini juga mendorong Indeks DXY, ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, melemah dan rupiah bisa terangkat.
Dari dalam negeri, inflasi Indonesia terus melandai menjadi 5,28% (year-on-year) pada Januari 2023. Melandainya inflasi diharapkan bisa menjadi kabar gembira bagi pasar keuangan serta memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk menahan suku bunga pada pertemuan bulan ini. Itu menjadi sentimen positif yang membantu rupiah.
"Inflasi pada Januari menurun cukup tajam dibandingkan Desember 2022 yang tercatat 5,51% (y-o-y). BPS juga mengumumkan inflasi bulanan (month-to-month) pada Januari 0,34%, terbilang rendah dibandingkan rata-rata dalam lima tahun sebelumnya yang tercatat 0,43%. Inflasi (m-t-m) juga lebih rendah dibandingkan Desember 2022, yakni 0,66%," kata Ibrahim. (Adhitya/ef)

Sumber : Admin