Sterling Berkibar Terkatrol Data Inflasi Inggris, Greenback Loyo
Wednesday, July 17, 2024       14:15 WIB

Ipotnews - Poundsterling menguat, Rabu, setelah data menunjukkan inflasi Inggris naik sedikit di atas ekspektasi, sementara dolar berada dalam posisi defensif ketika trader fokus pada prospek penurunan suku bunga Federal Reserve secepatnya September.
Inflasi utama Inggris bertahan di 2% secara tahunan pada Juni dibandingkan proyeksi kenaikan 1,9%, sementara inflasi jasa yang diawasi ketat mencapai 5,7%. Namun inflasi inti masih sesuai dengan ekspektasi, demikian laporan  Reuters,  di Singapura, Rabu (17/7).
Sterling naik 0,1% setelah data itu dirilis, meski pemantulan tersebut hanya berumur pendek dan terakhir mendatar di posisi USD1,2973.
Investor terus mencermati data tersebut, Rabu, untuk mencari petunjuk apakah Bank of England bakal memangkas suku bunga pada Agustus.
"Angka inflasi Inggris pagi ini (waktu setempat) kemungkinan akan menjadi perhatian para pengambil kebijakan di (Komite Kebijakan Moneter/MPC), dengan berlanjutnya tanda-tanda inflasi yang masih melekat dalam perekonomian Inggris," kata Michael Brown, analis Pepperstone.
"Tentu saja, angka-angka tersebut menimbulkan keraguan pada MPC yang akan melakukan pemotongan pertama sebesar 25 basis poin pada pertemuan Agustus."
Di pasar yang lebih luas, dolar bergerak variatif versus mata uang lainnya, gagal mempertahankan kenaikan setelah data penjualan ritel Amerika, Selasa, yang menunjukkan ketahanan konsumen di perekonomian terbesar dunia itu, dan mendukung prospek pertumbuhan ekonomi untuk kuartal kedua.
Terhadap greenback, euro menguat jadi USD1,0900, sedangkan dolar Australia sedikit berubah di USD0,6732.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, mendatar di 104,21.
"Pada akhirnya, cerita yang menurut saya paling tepat menggambarkannya adalah pasar telah memilih kisah perekonomian Goldilocks," kata Kyle Rodda, analis Capital.com.
"Ya, penjualan ritel solid, setidaknya secara nominal, dan permintaan konsumen cukup kuat. Namun data yang lebih penting adalah inflasi, dan itu memberi tahu pasar bahwa the Fed berada dalam posisi untuk melakukan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat."
Investor sepenuhnya memperkirakan pemotongan suku bunga the Fed pada September, dan memperkirakan pelonggaran lebih dari 60 basis poin hingga akhir tahun.
Dolar Selandia Baru terakhir menguat 0,3% menjadi USD0,6068, dibantu data hari ini, menunjukkan inflasi yang didorong secara domestik tetap tinggi pada kuartal kedua, bahkan ketika angka utama meleset dari ekspektasi.
Namun, pasar tetap berpegang pada perkiraan tiga kali penurunan suku bunga dari Reserve Bank of New Zealand ( RBNZ ) tahun ini.
"Rilis IHK hari ini menegaskan bahwa inflasi hampir pasti akan kembali ke target RBNZ sebesar 1-3% pada kuartal ketiga," kata Abhijit Surya, ekonom Capital Economics.
"Dalam konteks perekonomian yang sangat lemah dan pasar tenaga kerja yang melambat dengan cepat, terdapat peluang besar bahwa bank sentral akan mulai melonggarkan kebijakan pada pertemuan berikutnya, Agustus."
Yen terakhir naik 0,2% menjadi 158,04 per dolar, karena trader tetap waspada terhadap intervensi otoritas Jepang untuk menopang mata uang tersebut setelah mereka kemungkinan melakukannya pekan lalu.
Data Bank of Japan yang dirilis Selasa menunjukkan Tokyo mungkin menghabiskan 2,14 triliun yen (USD13,5 miliar) untuk melakukan intervensi pada Jumat pekan lalu. Dikombinasikan dengan perkiraan jumlah yang dibelanjakan pada Kamis, Jepang diduga membeli hampir 6 triliun yen melalui intervensi minggu lalu. (ef)

Sumber : Admin

berita terbaru