Stimulus China Angkat Indeks Saham Asia, Mata Uang Regional Menguat Terbatas
Monday, March 17, 2025       16:23 WIB

Ipotnews - Sebagian besar indeks saham di bursa Asia cenderung melonjak pada Senin ini (19/3), terangkat stimulus baru China yang bertujuan untuk meningkatkan belanja konsumen. Namun mata uang regional diperdagangkan dengan hati-hati karena investor masih mengkhawatirkan peningkatan friksi perdagangan yang mengancam pertumbuhan ekonomi global.
Laman Reuters melaporkan, indeks Kospi, Seoul melonjak 1,6% ke level tertinggi sejak 27 Februari, sementara saham-saham di bursa Kuala Lumpur melaju 1,1% dalam sesi kenaikan ketiga berturut-turut. Indeks saham Taiex, Taipei meningkat 0,7% setelah melonjak 1,5% di awal sesi.
Namun ketika sebagian besar indeks saham Asia bergerak naik, indeks saham acuan di Bursa Efek Indonesia justru merosot 1%. Sejauh ini IHSG sudah turun 18,4% dari puncaknya pada 19 September, mendekati 20% yang akan mengkonfirmasi area  bearish .
Pada Minggu kemarin, China meluncurkan sejumlah stimulus untuk mendorong konsumsi domestik, termasuk kenaikan pendapatan dan subsidi perawatan anak. Langkah tersebut hanya beberapa hari setelah regulator keuangan mendesak pelonggaran pembatasan kredit - sebuah upaya yang menurut para analis dapat merevitalisasi perekonomian mitra dagang terbesar di Asia Tenggara ini.
Sentimen positif ini membantu mengimbangi kekhawatiran akan meluasnya perselisihan perdagangan setelah Presiden AS Donald Trump mengancam tarif 200% untuk impor alkohol Eropa pekan lalu.
"Kami tetap berhati-hati dengan ekuitas pasar negara berkembang, karena kami memperkirakan tindakan tarif yang lebih besar dan lebih luas dari AS pada 2 April," kata Lloyd Chan analis valas senior MUFG Bank, seperti dikutip Reuters.
Menurut Chan, konfirmasi Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick tentang tarif tambahan yang akan segera diberlakukan menunjukkan bahwa reli pasar Asia saat ini mungkin akan berlangsung singkat.
Di antara mata uang regional, won Korea Selatan naik 0,4%. Baht Thailand, dollar Singapura dan ringgit Malaysia bergerak datar. Tapi rupiah, lagi-lagi tergelincir 0,2%.
Indeks dolar bertahan stabil di dekat level terendah lima bulan, setelah turun hampir 6% dari puncaknya pada Januari lalu. Optimisme pertumbuhan awal AS berbalik menjadi kekhawatiran resesi.
Fokus saat ini tertuju pada keputusan kebijakan dari Federal Reserve AS dan Bank Indonesia pada Rabu lusa, diikuti oleh bank sentral Taiwan sehari setelahnya. Ketiganya diperkirakan akan mempertahankan suku bunga.
Para analis di Barclays memperkirakan bahwa the Fed akan memangkas suku bunga dua kali tahun ini di tengah-tengah kekhawatiran akan pertumbuhan yang dipicu oleh tarif. Hal tersebut berpotensi memberi lebih banyak ruang pada bank-bank sentral Asia untuk melonggarkan kebijakan moneter meskipun ada tekanan inflasi.
Indonesia melaporkan kenaikan pertumbuhan ekspor sebesar 14% pada Februari lalu. Akan tetapi pergerakan rupiah yang sudah turun sekitar 2% tahun ini - meskipun ada intervensi rutin - BI diperkirakan akan mempertahankan fokusnya pada stabilitas mata uang. (Reuters)

Sumber : admin

berita terbaru
Saturday, Apr 26, 2025 - 17:08 WIB
BNI Genjot Nasabah Baru Melalui Aplikasi wondr
Saturday, Apr 26, 2025 - 12:06 WIB
Financial Statements 1Q 2025 of CSMI
Saturday, Apr 26, 2025 - 12:03 WIB
Financial Statements Full Year 2024 of DART
Saturday, Apr 26, 2025 - 12:01 WIB
Financial Statements 1Q 2025 of MUTU
Saturday, Apr 26, 2025 - 11:58 WIB
Financial Statements Full Year 2024 of SMRU
Saturday, Apr 26, 2025 - 11:53 WIB
Financial Statements 1Q 2025 of NSSS
Saturday, Apr 26, 2025 - 11:51 WIB
Financial Statements Full Year 2024 of TAMU