Surplus Neraca Perdagangan RI Diprediksi Berlanjut Hingga Akhir 2024
Tuesday, July 16, 2024       11:59 WIB

Ipotnews - Surplus neraca perdagangan Indonesia diprediksi terus berlanjut hingga akhir tahun 2024.
Proyeksi ini diperkirakan bisa tercapai meskipun harga komoditas tetap datar. Karena seiring normalisasi harga pangan, permintaan impor barang konsumsi kemungkinan akan menurun pada Semester II 2024.
"Kondisi ini semakin mendukung surplus neraca perdagangan RI hingga akhir tahun ini," kata Fixed Incomed Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Karinska Salsabila Priyatno dalam keterangan tertulis, Selasa (16/7).
Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan RI selama 50 bulan berturut-turut pada bulan Juni lalu. Surplus mencatat angka USD2,4 miliar, menurun dari USD2,9 miliar di bulan Mei.
"Surplus tersebut sedikit di bawah ekspektasi kami sebesar USD2,5 miliar," ujar Karinska.
Kontributor utama surplus bulan ini adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani dan nabati, serta besi dan baja. Karinska masih menganggap bahwa surplus tersebut cukup solid sehingga menghasilkan surplus neraca perdagangan RU sebesar USD16,2 miliar pada pada 1H2024.
"Jumlah ini menurun dari USD19,9 miliar pada 1H2024," jelas Karinska.
Ekspor bulan Juni melambat menjadi USD20,8 miliar. USD22,3 miliar di bulan Mei), turun 6,7% MoM namun meningkat 1,2% YoY. Penurunan ini didorong oleh sektor pertambangan, dimana komoditas utama seperti batu bara, besi dan baja, serta CPO dan turunannya menunjukkan penurunan secara tahunan dan bulanan, meskipun ekspor CPO mengalami kenaikan setiap bulannya.
Komoditas ekspor utama Indonesia mengalami penurunan di bulan Juni, antara lain batu bara (-6,3% MoM), nikel (-12,3% MoM), dan CPO (-2,5% MoM).
Di sisi impor, impor turun sebesar 4,9% MoM menjadi USD18,5 miliar, sesuai dengan ekspektasi, namun naik sebesar 7,6% YoY. Penurunan bulanan ini didorong oleh penurunan bahan baku dan barang modal, yang masing-masing turun sebesar 3,4% MoM dan 14,5% MoM.
Komoditas impor utama Indonesia, termasuk peralatan mekanik, peralatan listrik, dan plastik, juga mengalami penurunan, mencerminkan penurunan aktivitas manufaktur yang ditunjukkan oleh penurunan PMI manufaktur pada bulan Juni.
Pada 2Q2024, surplus perdagangan meningkat menjadi USD8,8 miliar, naik dari USD7,3 miliar pada 1Q2024. "Kondisi ini terutama disebabkan oleh penurunan impor dan stabilnya ekspor," pungkas Karinska.
(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM