Ketegangan Dagang AS-China Mereda, Rupiah Berpeluang Menguat
Monday, May 05, 2025       09:39 WIB

Ipotnews - Sinyal meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China diperkirakan memberikan dorongan positif terhadap nilai tukar rupiah, meskipun data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 diprediksi mengalami perlambatan.
Mengacu pada data Bloomberg per Senin pagi (5/5) pukul 09.15 WIB, rupiah diperdagangkan di level Rp16.397 per dolar AS, menguat 41 poin atau 0,25% dibandingkan posisi penutupan Jumat sore (2/5) di level Rp16.476 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa rupiah berpotensi melanjutkan penguatan hari ini. "Sinyal terbukanya peluang negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan China semakin kuat. Kedua negara saling membutuhkan secara ekonomi, sehingga tidak mungkin menutup diri selamanya," ujarnya saat dihubungi Ipotnews, pagi ini.
Presiden AS Donald Trump juga menunjukkan sikap yang lebih terbuka terhadap China. Dalam wawancara dengan program Meet the Press NBC pada Minggu (4/5), Trump menyampaikan kesediaannya untuk menurunkan tarif impor terhadap China. Menurutnya, tarif yang tinggi saat ini telah menghentikan aktivitas bisnis antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Trump sebelumnya telah memberlakukan tarif hingga 145% untuk produk impor dari China, yang kemudian dibalas oleh China dengan tarif hingga 125% terhadap barang dari Amerika Serikat. Kebijakan ini memicu gejolak pasar dan berpotensi meningkatkan harga berbagai produk, termasuk peralatan manufaktur, pakaian, dan mainan di AS.
"Pada titik tertentu, saya akan menurunkan tarif tersebut, karena jika tidak, perdagangan tidak akan bisa berjalan. China sangat ingin kembali berbisnis," ujar Trump.
Sementara itu, pelaku pasar juga menanti rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2025 dari Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia Research dari 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,94% (year-on-year/yoy), namun mengalami kontraksi sebesar 0,9% dibanding kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq).
"Saya kira perlambatan pertumbuhan ekonomi kita sudah diantisipasi pasar, sehingga dampaknya terhadap pergerakan rupiah hari ini tidak akan signifikan," tutup Lukman.
(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM