Ipotnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar menguat signifikan meskipun suku bunga acuan Federal Reserve tidak turun, karena optimisme pelaku pasar jelang perundingan perdagangan Amerika Serikat dengan China di Swiss pada akhir pekan ini.
Mengutip data Bloomberg pada Kamis siang (8/5) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan di level Rp16.457 per dolar AS, menguat 79 poin atau 0,47% dibandingkan Rabu sore (7/5) dilevel Rp16.536 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan perundingan perdagangan antara Amerika Serikat dengan China di Swiss menjadi sentimen positif bagi pelaku pasar. "Ini menjadi stimulus penguatan kurs rupiah," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews siang ini.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer akan melakukan perjalanan akhir pekan ini ke Swiss untuk mengadakan perundingan dagang dengan China. Awal negosiasi antara kedua negara ini akan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri China He Lifeng.
Perjalanan ini diumumkan dalam pernyataan dari Pemerintah China dan AS, Selasa (6/5). Ini akan menjadi pembicaraan dagang pertama yang dikonfirmasi antara kedua negara sejak Presiden Donald Trump mengumumkan tarif dengan pungutan hukuman terhadap China.
Selain itu, China mengumumkan paket stimulus besar demi memacu pertumbuhan ekonomi yang lesu akibat tarif baru dari AS. Bank Sentral China PBOC memangkas suku bunga reverse repo tujuh hari sebesar 10 basis poin menjadi 1,4 persen mulai Kamis (8/5).
Suku bunga pinjaman utama (loan prime rate) juga diperkirakan ikut turun sekitar 10 basis poin.Langkah ini merupakan bagian dari strategi mendorong pinjaman dengan bunga lebih murah. Selain itu, suku bunga kredit rumah pertama dalam skema housing provident fund diturunkan 25 basis poin menjadi 2,6 persen.
Penurunan tersebut diharapkan memberi ruang gerak baru bagi peminjam rumah tangga dan sektor properti."China akan menurunkan suku bunga reverse repo tujuh hari menjadi 1,4 persen dari 1,5 persen," kata Gubernur PBOC Pan Gongsheng dalam konferensi pers, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (7/5).
"Langkah China ini juga menjadi sentimen positif buat emerging market, termasuk Indonesia," pungkas Lukman.
(Adhitya)
Sumber : admin
powered by: IPOTNEWS.COM