Wall Street Variatif, S&P 500 Terkatrol Data Inflasi; Nasdaq Lampaui Tonggak 20.000
Thursday, December 12, 2024       04:50 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street berakhir variatif, Rabu, dengan indeks acuan S&P 500 menghijau dan reli saham teknologi mengangkat Nasdaq di atas tonggak 20.000 poin untuk kali pertama, setelah laporan inflasi Amerika Serikat meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve.
Dow Jones Industrial Average merosot, terseret perusahaan asuransi kesehatan saat anggota parlemen Amerika memperkenalkan RUU yang dianggap menghambat keuntungan mereka.
Lima dari 11 sektor utama S&P 500 menguat, dipimpin jasa komunikasi, teknologi, dan consumer discretionary, demikian laporan  Reuters  dan  Investing,  di New York, Selasa (11/12) atau Kamis (12/12) pagi WIB.
Dow Jones Industrial Average ditutup turun 99,27 poin, atau 0,22%, menjadi 44.148,56, S&P 500 melesat 49,28 poin, atau 0,82%, menjadi 6.084,19 dan Nasdaq Composite Index melambung 347,65 poin, atau 1,77%, menjadi 20.034,89.
"Nasdaq menguat karena prospek penurunan suku bunga minggu depan dan masih ada ruang untuk bergerak naik," kata Peter Cardillo, Kepala Ekonom Spartan Capital Securities.
Pasar memperkirakan peluang lebih dari 96% bahwa the Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pekan depan, naik dari peluang 86% sebelum data tersebut dirilis, menurut FedWatch Tool CME Group. Spekulasi meningkat setelah laporan ketenagakerjaan Jumat, yang menunjukkan lonjakan jumlah pengangguran bersamaan dengan kenaikan pertumbuhan lapangan kerja.
Imbal hasil US Treasury 10 tahun naik 5,2 basis poin menjadi 4,271%.
Laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) AS periode November meningkat paling tinggi dalam tujuh bulan, meski secara umum sejalan dengan ekspektasi pasar.
"Pasar ekuitas tampaknya bernapas lega karena ini adalah laporan yang stabil," kata Wasif Latif, Chief Investment Officer Sarmaya Partners di New Jersey. "Tidak ada kejutan. Tampaknya pasar ekuitas bersiap untuk angka yang lebih tinggi dari ekspektasi."
Saham Tesla melejit hampir 6% ke rekor tertinggi setelah pabrikan mobil listrik itu memperpanjang reli pasca pemilihan presiden Amerika.
Nvidia dan saham pertumbuhan megacap lainnya, termasuk Alphabet dan Amazon, juga berakhir lebih tinggi, menguat antara 1,2% dan 5,5%. Apple turun 0,5%
Administrator pihak ketiga dari program obat resep bagi rencana kesehatan komersial (pharmacy benefit managers), termasuk Cigna, CVS Health, dan UnitedHealth Group, kehilangan pijakan setelah sekelompok anggota parlemen bipartisan memperkenalkan RUU yang akan memaksa perusahaan asuransi kesehatan atau perantara obat untuk mendivestasikan bisnis farmasi mereka.
Saham GameStop melambung 7,5% setelah pengecer video game itu melaporkan laba untuk kuartal ketiga didorong upaya penghematan biaya.
Broadcom melejit 6,6% menyusul laporan bahwa Apple bekerja sama dengan perusahaan itu untuk mengembangkan chip server pertamanya yang dirancang khusus bagi kecerdasan buatan.
Macy's turun 0,8% setelah toserba itu memangkas perkiraan laba tahunannya karena permintaan yang terus melemah mengaburkan ekspektasinya untuk musim belanja liburan.
Volume di bursa Wall Street tercatat sekitar 14,25 miliar saham diperdagangkan, dibandingkan rata-rata 14,35 miliar selama 20 sesi terakhir. (ef)
Saham berkinerja terbaik di Dow
-Nvidia (3,14%)
-Nike (2,72%)
-Amazon.com (2,28%)
Saham berkinerja terburuk
-UnitedHealth (-5,62%)
-J&J (-1,74%)
-McDonald's (-1,57%)
Saham berkinerja terbaik di S&P 500
-Broadcom (6,63%)
-Tesla (5,93%)
-EQT (5,89%)
Saham berkinerja terburuk
-CVS Health Corp (-6,14%)
-Uber Tech (-5,80%)
-UnitedHealth (-5,62%)
Saham berkinerja terbaik di Nasdaq
-Sealsq (101,40%)
-Amplitech (93,53%)
-Candel Therapeutics (68,11%)
Saham berkinerja terburuk
-Samfine Creation Holdings (-85,54%)
-Cellectar Biosciences (-76,16%)
-Q32 Bio (-75,62%)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM