Membuat Perencanaan Investasi (Investment Planning) Secara Mandiri (Do It Yourself)
Wednesday, March 27, 2024       15:15 WIB

Pada beberapa artikel sebelumnya kita telah membahas tentang Perencanaan Keuangan ( Financial Planning ) dan Perencanaan Pensiun ( Retirement Planning ). Di dalam Perencanaan Keuangan ( Financial Planning ) kita membahas masalah keuangan secara umum, sementara di dalam Perencanaan Pensiun ( Retirement Planning ) secara khusus kita membahas berbagai persoalan yang akan dihadapi pada waktu kita pensiun nanti.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas secara khusus tentang Perencanaan Investasi ( Investment Planning ). Pembahasan Perencanaan Investasi ( Investment Planning ) di sini masih dibuat dalam kerangka perencanaan investasi secara mandiri ( do it yourself ).
Kita tidak akan membahas perencanaan investasi secara terlalu teknis menggunakan istilah-istilah dalam ilmu keuangan yang  njelimet . Teknis untuk melakukan investasi mungkin sulit, tetapi perencanaan investasi itu sendiri hanya mengikuti prinsip-prinsip perencanaan keuangan yang mudah dipahami.
Di dalam setiap Perencanaan Keuangan ( Financial Planning ) yang berjangka waktu menengah sampai panjang, kita akan menghadapi masalah perencanaan investasi ini. Penyebabnya adalah karena dalam setiap perencanaan keuangan berjangka waktu menengah sampai panjang, kita tidak mungkin hanya menaruh uang atau dana yang kita persiapkan itu dalam bentuk kas saja atau dalam bentuk deposito berjangka pendek.
Misalnya, ketika kita membuat Perencanaan Pensiun ( Retirement Planning ) untuk masa pensiun kita yang yang berjangka waktu 30 tahun sampai 50 tahun. Sangatlah tidak bijaksana untuk hanya menempatkan dana pensiun kita dalam bentuk kas atau deposito perbankan saja.
Langkah-langkah yang perlu diambil dalam membuat perencanaan investasi ( investment planning ) secara mandiri ( do it yourself ) adalah:
1. Ketahui posisi keuanganmu saat ini
Kita perlu mengetahui posisi keuangan kita saat ini, sebelum memulai berinvestasi. Dengan demikian, kita tahu berapa jumlah yang dapat disisihkan setiap bulan untuk berinvestasi, tanpa mengganggu arus kas setiap bulan. Mungkin Anda dapat memulai perencanaan investasi ini dengan membuat anggaran bulanan ( budget ).
Jika Anda adalah seorang karyawan yang menerima gaji tetap, hal ini akan sangat memudahkan. Harap diingat untuk selalu meletakkan jumlah yang ingin Anda investasikan sebagai pengeluaran pertama setiap kali Anda menerima gaji.
Jangan membiarkan jumlah yang akan diinvestasikan hanya bergantung pada apa yang tersisa dari gaji setelah semua pengeluaran dilakukan. Jangan pula membuat anggaran ( budget ) yang terlalu ketat, karena hal itu akan membuat hidup Anda menjadi sulit.
Anggaran ( budget ) harus dibuat secara realistis, sehingga Anda dapat menyisihkan sejumlah tertentu dana setiap bulan, tetapi hal ini tidak membuat Anda mengorbankan pengeluaran-pengeluaran penting lainnya.
2. Tentukan apa yang ingin dicapai di masa depan
Setelah mengetahui posisi keuangan kita, kita harus mengetahui apa yang menjadi tujuan ( goal ) kita berinvestasi. Barangkali kita ingin berivestasi untuk mendapatkan uang muka ( down payment ) pembelian rumah dalam waktu dua tahun, atau berivestasi untuk mendapatkan uang untuk melanjutkan kuliah strata-2 di universitas. Atau mungkin kita telah cukup berinvestasi pada tujuan-tujuan ( goal ) jangka pendek seperti memiliki Dana Cadangan ( Emergency Fund ) dan tujuan jangka menengah seperti membeli kendaraan (mobil), dan sekarang ingin berkonsentrasi untuk menabung Dana Pensiun di luar BPJS -TK yang hanya merupakan jaminan minimum untuk pensiun.
Dari Langkah pertama, mengetahui berapa dana yang dapat disisihkan setiap bulan untuk diinvestasikan, dan dari langkah kedua Anda mengetahui tujuan ( goal ) Anda berinvestasi. Dari langkah pertama dan langkah kedua, Anda sudah mendapatkan gambaran berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk mencapai tujuan Anda berinvestasi, dan apakah perencanaan investasi yang Anda buat itu realistis atau tidak.
Tentu saja, rencana investasi yang Anda buat belum lengkap karena Anda belum memasukkan tingkat imbal hasil ( return ) yang Anda harapkan dari investasi itu. Termasuk juga resiko-resiko yang ada dalam berinvestasi.
3. Ketahui profil resikomu
Kita perlu mengetahui profil resiko kita, karena dari situ kita akan dapat menentukan jenis investasi yang dapat kita ambil. Menentukan jenis investasi berarti menentukan berapa banyak resiko yang dapat kita ambil. Pada umumnya semakin muda usia seseorang pada waktu mulai berinvestasi, semakin besar resiko investasi yang dapat dia ambil.
Dengan perkataan lain, orang berusia muda dapat menanggung resiko investasi yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang sudah tua. Di samping faktor usia, hal lain yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menanggung resiko adalah jumlah investasi yang terlibat, faktor psikologi, dan pengalaman hidup pribadi.
Orang berusia muda lebih berani mengambil resiko investasi karena ia masih punya banyak waktu untuk pulih dari kegagalan investasi. Demikian pula, jika nilai investasi yang dibicarakan hanya kecil saja dibandingkan dengan nilai kekayaan ( net worth ) milik orang itu, maka seseorang akan relatif lebih berani mengambil resiko investasi.
Faktor psikologi dan pengalaman hidup seseorang dapat pula berpengaruh pada kemauan seseorang untuk mengambil resiko. Misalnya, seseorang yang pernah hampir bangkrut karena berinvestasi pada instrumen turunan ( derivatif ) mungkin akan menganggap bahwa semua investasi di Bursa berbahaya (tanpa melihat lagi perbedaan antara Bursa Berjangka, Bursa Komoditas, dan Bursa Saham, dan bursa-bursa lainnya).
4. Tentukan jenis instrumen investasi yang diinginkan
Jenis investasi yang dapat dipilih biasanya dibagi atas instrumen keuangan ( financial asset  atau  intangible assets ) dan harta riil ( tangible assets ). Investasi pada instrumen keuangan dapat dibagi lagi menjadi investasi langsung ( direct investment ), misalnya investasi pada saham-saham atau investasi pada obligasi-obligasi, dan investasi tidak langsung ( indirect investment ) seperti investasi pada unit penyertaan reksadana.
Investasi pada instrumen aset keuangan dapat digolongkan berdasarkan tujuan investasinya menjadi pertumbuhan ( growth ), keamanan ( stability ), dan likuiditas ( income ). Pemodal berusia muda umumnya memiliki tujuan investasi pada pertumbuhan ( growth ) sehingga investasinya banyak ditaruh dalam instrumen ekuitas (saham-saham).
Pemodal yang berusia lebih tua, barangkali akan merasa lebih nyaman jika tujuan investasinya adalah keamanan ( stability ), dan dia akan memilih untuk berinvestasi pada instrumen pendapatan tetap (obligasi). Terakhir, pemodal yang telah pensiun atau mendekati usia pensiun, barangkali tujuan investasinya adalah likuiditas dan akan memilih investasi pada instrumen pasar uang.
5. Tentukan batas waktumu untuk berinvestasi
Langkah terakhir dalam perencanaan investasi adalah menentukan jangka waktu berinvestasi. Di bagian depan telah disinggung bahwa Perencanaan Investasi ( Investment Planning ) perlu dibuat untuk setiap Perencanaan Keuangan ( Financial Planning ) yang berjangka waktu menengah hingga panjang.
Sebagai contoh, untuk mengumpulkan Dana Cadangan ( reserve fund ) sebesar 6 bulan pengeluaran rutin umumnya tidak dibutuhkan perencanaan investasi. Dalam hal ini, Dana Cadangan ( Reserve Fund ), yang berupa kas atau deposito 3 bulan di perbankan, dapat dicapai dengan menabung dan bukan berinvestasi.
Pada waktu membuat Perencanaan Keuangan ( Financial Planning ) berjangka waktu menengah atau panjang, misalnya Perencanaan Pendidikan ( Education Planning ) atau Perencanaan Pensiun ( Retirement Planning ), jangka waktu ( time line ) untuk mencapai tujuan investasi perlu ditetapkan. Akan tetapi jangka waktu ini hanya untuk mengetahui batas akhir investasi.
Misalnya, dalam Perencanaan Pendidikan ( Education Planning ) untuk menyiapkan uang pangkal masuk kuliah bagi anak di universitas swasta favorit, kita sudah tahu kapan anak akan tamat sekolah menengah dan masuk kuliah. Atau, dalam Perencanaan Pensiun ( Retirement Planning ) bagi diri kita sendiri, kita sudah tahu usia pensiun normal di perusahaan tempat kita bekerja.
Artinya, tujuan ( goal ) investasi dapat tercapai sebelum batas waktu yang telah ditetapkan. Tetapi, perencana keuangan harus melakukan monitoring secara berkala terhadap rencana investasi yang dibuatnya untuk memastikan bahwa tujuan investasi akan tercapai pada waktunya.
 Oleh : Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru